Pengamat Lingkungan: Harimau Serang Kemah sebab Habitat Rusak

Ahad, 17 November 2019

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae).

GILANGNEWS.COM - Pengamat lingkungan Sumatera Selatan (Sumsel), Yenrizal Tarmidzi, menyatakan harimau yang bersinggungan dengan warga umumnya terjadi karena habitat asli yang rusak.

Hal itu diungkapnya menanggapi seekor harimau yang dikabarkan menyerang perkemahan dikawasan Taman Wisata Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumsel.

"Tidak ada istilah harimau meresahkan manusia, adanya manusialah yang meresahkan harimau karena sudah merusak habitatnya atas dalih kebutuhan ekonomi," kata Yenrizal, Sabtu (16/11).

Menurutnya, harimau yang keluar dari habitat dan turun ke permukiman bisa artinya pasokan makanan sudah berkurang. Penyebab berkurangnya bisa bermacam-macam, termasuk kerusakan atau penyempitan habitat harimau.

Yenrizal sendiri melihat penyempitan habitat di Gunung Dempo dapat dikatakan semakin parah. Ia berpendapat demikian karena melihat keberadaan warga yang menyerobot habitat harimau saat membuka lahan dan aktivitas penebangan hutan.

"Warga harus membatasi diri, bahwa yang hidup di sana bukan hanya mereka, tapi ada harimau, rusa, dan satwa-satwa lainnya. Jika memang ingin mengembangkan ekonomi upayakan cari alternatif, bukan dengan menabrak habitat harimau," jelasnya.

Di satu sisi, Yenrizal mengingatkan Pemkot Pagaralam agar segera mengambil langkah membendung kerusakan habitat harimau sebagai kawasan yang dilindungi karena masih bagian Taman Nasional Bukit Barisan (TNBB).

Jika kerusakan terus dibiarkan, kemungkinan akan lebih banyak satwa liar yang turun ke pemukiman lalu timbul konflik dengan manusia.

"Jika sudah timbul konflik maka yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu, artinya sama-sama rugi dan jadi simalakama," katanya.

Selain itu, dari sisi regulasi sebenarnya sudah banyak aturan-aturan yang membatasi bahkan melarang menebang hutan di kawasan hutan lindung tersebut, namun kurang seriusnya aplikasi dan pengawasan di tingkat bawah membuat regulasi belum berjalan efektif.

"Bukan hanya harimau, tapi hewan-hewan lain yang menjadi makanan harimau juga harus dijaga habitatnya agar rantai makanan tidak putus," ujar Yenrizal.

Sebelumnya dilaporkan seekor harimau turun gunung dan terlihat berkeliaran di sekitar perkebunan teh Gunung Dempo Kota Pagaralam serta melukai seorang warga yang tengah berwisata.

Petugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Gunung Dempo, Harmansyah, membenarkan laporan tersebut. Ia mengatakan saat ini tengah dilakukan pemeriksaan dan pendalaman terkait fenomena tersebut.

"Munculnya harimau di Gunung Dempo akhir-akhir ini kemungkinan karena menipisnya sumber makanan di hutan dampak musim kemarau," ujar Harmasnyah.

Menurut dia memang masih ada sebaran populasi harimau di Wilayah Gunung Dempo meskipun belum diketahui pasti jumlahnya, warga setempat sudah mengetahui keberadaannya dan tidak berani mengganggu. Namun, meningkatnya aktifitas penebangan hutan di Gunung Dempo diduga juga memicu keluarnya harimau dari habitat mereka karena merasa terusik.

"Harimau itu tidak akan mengganggu jika tidak diganggu, maka kami sangat menentang keras penebangan hutan," kata Harmansyah.

Ia juga mengingatkan kepada para wisatawan agar berhati-hati saat mengunjungi Gunung Dempo terutama para pendaki, upayakan menggunakan jalur daki yang telah disediakan dan direkomendasikan masyarakat setempat.

"Jika ingin mendaki dan berkemah usahakan bangun komunikasi dengan masyarakat serta minta rekomendasi lokasi yang tepat," jelas Harmansyah.

Sementara korban serangan harimau sudah mendapat perawatan di RSUD Besemah Kota Pagaralam pada Sabtu malam (16/11) karena menderita luka sayatan di bagian kening, serangan itu didapat saat korban sedang berkemah.