Serangan Oposisi Libya Hantam Pabrik Biskuit, Tujuh Tewas

Selasa, 19 November 2019

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Serangan udara yang dilakukan kelompok Tentara Nasional Libya (LNA) menghantam sebuah pabrik biskuit di Wadi el-Rabie, Tripoli, Libya, menewaskan tujuh orang pekerja pada Senin (18/11). Ketujuh korban terdiri dari lima orang Bangladesh dan dua orang Libya.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Malek Merset, menyatakan kepada Associated Press, Selasa (19/11), bahwa serangan tersebut juga melukai 33 orang pekerja lain yang sebagian besar berasal dari Nigeria dan Bangladesh. Semuanya telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan darurat.

Utusan Amerika Serikat untuk Libya, Ghassan Salame, menuturkan serangan tersebut telah menyebabkan tujuh orang tewas dan 35 orang terluka. Dalam laporan yang disampaikan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serangan itu dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang.

"Terlepas dari apakah serangan itu sengaja dilakukan pada pabrik tersebut atau merupakan serangan yang tidak pandang bulu, ini mungkin bisa disebut sebagai kejahatan perang," kata Salame.

Ia kemudian mengungkapkan PBB sedang melakukan proses verifikasi terhadap fakta-fakta tersebut.

Kota Tripoli menjadi lokasi medan perang sejak April lalu antara kelompok Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar dan gabungan beberapa kelompok militan lain yang didukung pemerintah Libya di Benghazi. Sedangkan pemerintah Libya di Tripoli didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Salame mengatakan wilayah selatan Libya sangat rentan kekerasan dalam konflik perang saudara, yang juga didukung .

"Saya sangat khawatir dengan meluasnya tembakan artileri dari wilayah utara ke kota. Selama beberapa hari, jumlah warga sipil yang meninggal dan terluka semakin meningkat serta banyak keluarga yang mulai meninggalkan wilayah terdampak penembakan," ujarnya.

LNA merupakan kelompok milisi terbesar dan terorganisir di Libya yang didukung Mesir, Uni Emirat Arab (UAE) dan Rusia. Sedangkan kelompok milisi yang didukung pemerintah Libya mendapatkan dukungan dari Turki dan Qatar.