Kisruh Atlet Senam Tak Perawan, Aktivis Aksi Solidaritas

Ahad, 08 Desember 2019

Kelompok Jaringan Muda Setara menggelar aksi solidaritas bagi atlet senam lantai, SA (17) yang dicoret dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) SEA Games karena dituduh tak perawan.

GILANGNEWS.COM - Kelompok Jaringan Muda Setara menggelar aksi solidaritas bagi atlet senam lantai, SA (17) yang dicoret dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) SEA Games karena dituduh tak perawan. Aksi tersebut digelar di Car Free Day Jakarta, Minggu (8/12).

Aktivis menuntut agar pelatih yang memulangkan SA meminta maaf dan negara melakukan pemulihan terhadap korban.

"Kami berikan dukungan psikologis, kita tahu dia ketakutan dan trauma," kata Koordinator Kelompok Jaringan Muda Setara, Lathiefah Widuri Retyaningtyas, saat ditemui di lokasi.

Aktivis perempuan yang biasa dipanggil Tyas ini menilai, selama ini perempuan seringkali dibungkam dalam suatu peristiwa. Dalam kasus ini misalnya, kata Tyas, kesaksian SA sebagai korban seringkali tidak percaya dan disangkal.

Oleh sebab itu, Tyas bersama rekan-rekannya juga mengusung kampanye #SayaPercayaSA sebagai bentuk dukungan terhadap kesaksian-kesaksian yang diberikannya sebagai korban.

"Titik berangkat kami sendiri adalah keberpihakan pada korban," kata Tyas.

"Selama ini perempuan dibungkam, bahkan kesaksiannya pun seringkali tidak dipercaya," tambahnya.

Sebelum menggelar kampanye tersebut, komunitas jaringan ini menjelaskan telah berkomunikasi dengan kuasa hukum dan juga keluarga untuk mengetahui kondisi SA.

Kampanye ini dihelat dengan meminta pengunjung CFD menandatangani banner petisi untuk menguatkan tuntutan yang digaungkan. Pantauan wartawan, para aktivis dalam aksinya berorasi sambil menggalang tanda tangan dengan mengitari area CFD dari Bunderan HI hingga Sarinah.

Dukung berupa tanda tangan datang dari beragam masyarakat baik perempuan maupun laki-laki. Tak jarang, pengunjung CFD yang sedang berolahraga berhenti sejenak dan melipir untuk memberikan tanda tangan.

Salah seorang pengunjung CFD, Feri Hardjana mengatakan turut memberikan dukungan sebagai bentuk rasa solidaritas kepada korban. Ia sependapat dengan kampanye tersebut mengenai pembungkaman perempuan.

Menurut dia, perempuan seringkali mendapat label atau stigma yang menyulitkan kesehariannya. Hal tersebut juga berkaitan dengan posisi perempuan yang menjadi korban dalam hal ini.

"Kekerasan gak cuma perkosaan doang, kadang juga ada pelecehan seksual. Dan yang salah selalu perempuan," kata Feri.

"It's not fair," tambah dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, atlet asal Kota Kediri Jawa Timur itu dikabarkan dipulangkan paksa dan didiskualifikasi dari pelatnas lantaran dituduh sudah tak perawan oleh pelatihnya sendiri.

Kuasa hukum SA, Imam Muklas mengatakan pada 13 November 2019 tengah malam keluarga atlet peraih 49 medali itu mendadak mendapatkan telepon dari pelatihnya.

"13 November kemarin, orang tua Shalfa ditelepon oleh pelatihnya, namanya Irma, untuk menjemput Shalfa [Pelatnas SEA Games] di Gresik, alasannya dia dituduh tidak virgin [perawan], namanya orang tua pasti kaget," kata Imam, saat dikonfirmasi, pada 29 November lalu.

Usai dipulangkan, SA yang masih duduk di kelas XII SMA ini, diketahui terpukul. Dia tak masuk di sekolahnya selama tiga hari.

Ia bahkan disebut Imam mengalami ketakutan yang luar biasa karena tuduhan tersebut.