Usai Penembakan Brutal, Jerman Tingkatkan Perlindungan terhadap Umat Islam

Sabtu, 22 Februari 2020

GILANGNEWS.COM - Dalam konferensi persnya, Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer menyebut ada gerakan "sayap kanan" yang sangat ekstrem, dan hal itu menjadi "ancaman keamanan terbesar di negara kita."

"Latar belakang rasis untuk tindakan ini, dalam pandangan saya benar-benar tidak perlu dan tidak dapat direlatifkan," katanya.

Peningkatan kehadiran polisi di lembaga-lembaga keagamaan

Sebagai konsekuensi dari serangan Hanau pada hari Rabu lalu, Seehofer mengatakan "lembaga sensitif" seperti masjid akan dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Polisi juga akan dikerahkan di stasiun kereta, bandara, dan daerah di sepanjang perbatasan. Seehofer memperingatkan bahwa reaksi kemarahan atas penembakan di Hanau tidak dapat dikesampingkan. Rencana peningkatan keamanan telah mendapat dukungan dari pemerintah dan polisi federal.

Komisaris Integrasi Pemerintah Jerman, Annette Widmann-Mauz, menyerukan lebih banyak aksi untuk memerangi Islamofobia. Muslim, Yahudi, dan orang-orang dengan latar belakang imigran merasa semakin terancam.

"Sekarang semakin penting untuk melakukan segala yang kami bisa untuk melindungi mereka," kata Widmann-Mauz. Ia mengusulkan pembentukan komisi ahli dan kontak darurat di seluruh negeri untuk siapa pun yang terancam. Pekerjaan pencegahan yang baik harus mendapatkan pendanaan berkelanjutan, kata Widmann-Mauz. "Kita tidak bisa menunggu serangan berikutnya."

Islamofobia jadi topik penting

Zekeriya Altug, juru bicara Komunitas Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB) yang berbasis di Cologne, mendukung komisi ahli yang diusulkan Widmann-Mauz. Masalah Islamofobia harus diakui, Altug mengatakan, topik itu juga harus menjadi bagian dari agenda di Konferensi Islam Jerman.

Sebelumnya pada hari Kamis (20/02), pemerintah North Rhine-Westphalia (NRW) memperkuat langkah-langkah keamanan untuk muslim. Menteri dalam negeri negara bagian itu, Herbert Reuel, mengatakan bahwa polisi akan berpatroli di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya muslim, termasuk 900 masjid di seluruh NRW.

Apakah masjid akan dilindungi seperti sinagog?

Banyak umat muslim di Jerman akan menyambut perlindungan masjid yang ketat- mirip dengan sinagoge, yang menerima perlindungan khusus karena masa lalu yang kelam dan ancaman anti-Semit.

Di NRW, misalnya, perlindungan polisi di sinagoge dan institusi Yahudi lainnya seperti sekolah atau rumah pensiun selalu "tinggi," menurut Kementerian Dalam Negeri. Setelah serangan di sebuah sinagoge di Halle pada Oktober tahun lalu, lembaga-lembaga Yahudi "dilindungi 24 jam per hari, tujuh hari seminggu."

NRW tidak hanya mengirim petugas polisi yang bertugas jaga. Negara mencapai kesepakatan resmi dengan komunitas Yahudi untuk menghabiskan € 3 juta atau setara Rp 46,5 milyar per tahun untuk meningkatkan keamanan di lembaga-lembaga Yahudi, termasuk menempatkan mobil polisi di luar gedung, memperketat pintu masuk, memasang kamera pengintai dan membangun apa yang disebut ruang panik di mana orang bisa berlindung dari bahaya.

Solidaritas dengan umat Islam

Semua pakar sepakat: perlindungan seratus persen tidak akan pernah bisa dicapai. Karena sulitnya menjamin keamanan sebanyak 2.600 hingga 2.700 tempat ibadah muslim di negara ini. Lebih jauh, teroris di Hanau tidak menyerang masjid, melainkan dua shisha bar. Namun demikian, peningkatan perlindungan, terutama selama salat Jumat ketika masjid sangat sibuk, tidak hanya berfungsi sebagai pencegahan, hal ini juga bisa menunjukkan bahwa masyarakat Jerman ingin melindungi umat Islamnya.