Mengenal Limfoma Hodgkin, Kanker Agresif yang Mematikan

Rabu, 17 Januari 2018

Kanker pada sistem kelenjar getah bening atau limfoma hodgkin termasuk jenis kanker agresif dan jarang ditemukan dibanding jenis kanker lain.

GILANGNEWS.COM - Hingga saat ini, kanker masih menjadi penyakit yang paling mematikan di dunia. Di Indonesia sendiri, tingkat prevalensi kanker mencapai 1,4 per seribu jiwa, yang berarti setara dengan 347.792 orang.

Dari berbagai jenis kanker yang populer, seperti kanker payudara, serviks atau paru-paru, ada jenis kanker yang dinilai agresif dan berbahaya, yakni kanker limfoma hodgkin, atau kanker kelenjar getah bening. Kanker jenis ini menyerang sistem kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Dokter Ahli Hematologi-Onkologi Medik, Profesor Arry H Reksodiputro mengungkapkan terdapat dua jenis kanker darah yang terjadi pada sistem kelenjar getah bening, yakni limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Dua jenis kanker kelenjar getah bening ini memiliki gejala yang hampir sama. Hanya saja, kanker limfoma hodgkin memiliki zat yang dikenal dengan CD30, sedangkan limfoma non-hodgkin CD20.

"Karena tidak umum, banyak masyarakat tidak mengenal faktor risiko dan gejalanya," kata Arry yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Hematology-Onkologi Medik (Perhompedin) Indonesia saat jumpa media bersama Takeda Oncology di Jakarta, Rabu (17/1).

"Padahal, 80 persen dari kasus Limfoma Hodgkin dapat disembuhkan melalui kemoterapi jika terdeteksi dini. Untuk itu, penting untuk tidak meremehkan benjolan pada tubuh, meski ukurannya kecil," tambah Arry.

Secara global, lebih dari 62 ribu orang didiagnosis limfoma hodgkin, dan 25 ribu orang meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah kasus baru limfoma hodgkin pada 2012 mencapai 1.168 dengan jumlah kematian sebesar 687. Menurut data Globocan, angka ini diprediksi mengalami peningkatan pada 2020 dengan kasus baru mencapai 1.313 dengan angka kematian sebesar 811.

Angka kematian yang tinggi ini dinilai karena lambatnya deteksi kanker yang baru ditangani pada stadium lanjut.

"Biasanya di Indonesia itu baru datang ke dokter pada stadium lanjut. Mereka lebih banyak melalui obat herbal, alternatif, dan dukun terlebih dahulu. Padahal jika dari awal, potensi sembuhnya akan lebih besar," tutur Arry.

Waspada kanker

Menurut Arry, kanker kelenjar getah bening atau limfoma hodgkin dapat menyerang segala usia. Namun, satu dari tiga penderita berada pada rentang usia 15 sampai 30 tahun. Sebesar 60 persen diantaranya terjadi pada pria.

Ada beberapa gejala yang dapat dideteksi sebagai kanker limfoma hodgkin, di antaranya; terdapat benjolan di bagian kelenjar getah bening umumnya di ketiak, leher dan pangkal paha. Gejala lainnya, yakni; demam, banyak berkeringat termasuk di malam hari, terjadi pembesaran limpa, hati atau keduanya, serta berat badan menurun hingga 10 persen dalam waktu singkat.

"Yang paling penting beratnya turun tiba-tiba, hanya ada tiga penyakit yang membuat berat badan turun drastis yakni diabetes, gondok atau kanker," kata Arry.

Jika kanker kelenjar getah bening hodgkin masih berada pada stadium awal, seseorang bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi. Sementara, jika sudah di tingkat lanjut bisa disembuhkan dengan kemoterapi, transplantasi stem cell dan terapi bertarget atau targeted cell. Menurut Arry, sebanyak 80 persen kasus kanker limfoma hodgkin yang terdeteksi dini dapat disembuhkan dengan kemoterapi.

Agar terhindar dari kanker, Arry menyarankan untuk menjalani hidup sehat dengan makan-makanan bergizi, olahraga yang teratur, perbanyak istirahat, hidup yang seimbang, dan jauhi stres.

Umumnya sel kanker dipicu oleh makanan yang mengandung karsogenik seperti makanan yang dibakar, berpengawet, dan olahan. Selain itu, sel kanker dapat berkembang karena banyak berhubungan dengan radiasi dan zat kimia, serta lebih mudah menyerang orang dengan daya tahan tubuh yang rendah dan stres.