Beda Pendapat Dengan Menteri Pendidikan, Arif : MOS membentuk pribadi siswa berkarakter

Ahad, 24 Juli 2016

Masa Orientasi Siswa

Gilangnews - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan melarang pelaksanaan Masa Orientasi Sekolah (MOS) di sekolah. Menurut Anies, MOS kerap terjadi kekerasan bahkan berujung kematian. MOS kini diganti dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah berdasarkan Permendikbud No.18 Thn 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk Tahun Pelajaran 2016/2017.
 
Pengamat pendidikan Arif Rahman Hakim tak sepakat dengan keputusan Anies yang menghapus MOS di sekolah. Arif yakin, kesalahan fatal yang terjadi selama ini lantaran kurangnya pengawasan dari pihak sekolah.
 
"Kejadian (kekerasan) selalu terjadi bukan oleh panitia MOS tapi oleh anak-anak senior. Memang mereka mengambil kesempatan komunikasi yang negatif," ungkap Arif saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan telepon, Jumat (22/7).
 
Mantan dosen luar biasa di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia ini menegaskan Indonesia masih memerlukan MOS untuk membentuk pribadi siswa yang menantang dan berkarakter. Hanya saja, kata Arif, jika MOS dihidupkan kembali sejumlah pihak perlu terlibat dalam pengawasannya.
 
"MOS masih perlu diterapkan hanya pengawasan dioptimalkan," singkatnya.
 
Jika diterapkan secara positif, MOS bakal jadi program utama sebagai bekal siswa baru untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah.
 
"Kalau dikerjakan secara positif ya tidak negatif. Itu (kekerasan) terjadi kalau semua aturan main di sekolah dilanggar siswa dan guru. Kalau masih ada (kekerasan) berarti kurang efektif yaitu kurang pengawasan yang seharusnya diawasi dengan teliti. Seperti anak-anak makan tetap diawasi, istirahat, ke musala ada yang membimbing," jelasnya. [P]
 
Sumber Kompas.com