Pemeritah Indonesia Minta Turki Tak Campuri Sekolah Indonesia

Jumat, 29 Juli 2016

Sekretaris Kabinet Pramono Anung Saat Di wawancara

Gilangnews.com - Pemerintah Indonesia meminta Turki tidak terlalu dalam mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Penegasan itu menanggapi permintaan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar menutup sejumlah sekolah di Indonesia, karena diduga terkait organisasi Feto, yang mereka tuding berada di balik percobaan kudeta.
 
"Indonesia adalah negara yang demokratis. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi dan selalu mengedepankan politik bebas aktif. Tentunya kita juga tidak mau urusan dalam negeri kita dicampuri oleh siapa pun, maka dengan demikian, urusan dalam negeri Indonesia menjadi tanggung jawab Indonesia," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung, saat ditemui di ruangannya, Jumat, 29 Juli 2016.
 
Turki menduga, setidaknya ada sembilan sekolah terkait organisasi Feto di Indonesia. Sekolah itu tersebar di sejumlah wilayah, yaitu satu sekolah di Depok, Jawa Barat; satu sekolah di Bandung, Jawa Barat; satu sekolah di Tangerang Selatan, Banten; satu sekolah di Semarang, Jawa Tengah; satu sekolah di Sragen, Jawa Tengah; satu sekolah di Yogyakarta; dua sekolah di Aceh; dan, satu sekolah di Kalimantan Selatan.
 
Namun urusan sekolah itu, Pramono menjelaskan, menjadi urusan Indonesia karena berada dalam kedaulatan bangsa Indonesia.
 
"Termasuk siapa pun yang secara resmi diatur dalam undang-undang telah mendapatkan persetujuan oleh pemerintah di Indonesia. Tentunya, peraturan perundangan Indonesia lah yang digunakan. Karena, kedaulatan itu menjadi penting bagi Indonesia," tutur mantan sekjen DPP PDIP itu.
 
Feto adalah organisasi yang dipimpin Fethullah Gullen. Gullen dituding sebagai perencana upaya kudeta Presiden Erdogan. Dalam keterangannya, Kedutaan Besar Turki mengungkapkan, ada sejumlah sekolah di Indonesia, yang diduga terkait dengan organisasi teroris ini.
 
"Kami telah lama mengungkapkan keprihatinan tentang kegiatan organisasi teroris Feto di Indonesia ke pejabat Indonesia," tulis kedutaan dalam keterangannya, Jumat 29 Juli 2016.
 
Seperti diketahui, sekelompok militer Turki berupaya melakukan kudeta di negara itu pada 16 Juli 2016. Namun, kudeta itu berhasil digagalkan tentara pro pemerintah. Dalam peristiwa itu, seorang jenderal terbunuh dan sedikitnya 754 tentara telah ditangkap.
 
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan, para pihak yang terlibat dalam upaya kudeta itu akan mendapatkan ganjaran setimpal atas kekacauan yang mereka timbulkan.
 
[P]
 
Sumber Viva