Rubella diduga menyerang 60 siswa di Banjar Baru, Kalimantan Selatan

Sabtu, 08 September 2018

Seorang anak disuntik dalam sebuah program imunisasi di sekolah.

GILANGNEWS.COM - Setidaknya 60 siswa dan satu orang dewasa diduga terkena campak rubella di Kota Banjar Baru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk memastikan bahwa penyakit ini menyerang warga, Dinas kesehatan setempat tengah menunggu hasil resmi pemeriksaan medis dari Kementerian Kesehatan.

Dugaan kuat itu muncul, karena gejala campak terjadi sebelum musim libur sekolah 17 hingga 25 Agustus lalu di sebuah pondok pesantren.

Menurut catatan Dinas Kesehatan pada 28 Agustus, 33 anak dicurigai terjangkit campak rubella, 31 di antaranya anak di bawah 15 tahun. Sebanyak 10 anak tidak mengetahui apakah pernah mendapat vaksin MR, dan satu anak mengatakan belum divaksin.

Di pondok pesantren lain, dari pemeriksaan awal pada 31 Agustus lalu, sembilan anak dinyatakan mengalami gejala campak, dan pada 1 September, jumlahnya bertambah menjadi 19 anak, 11 di antaranya berusia di atas 15 tahun.

Sementara itu, sembilan orang di salah satu SMA negeri juga dicurigai mengalami gejala campak, terdiri dari seorang guru, dan delapan siswa.

Sampai saat ini, sambil menunggu hasil pemeriksaan sampel darah dan urine 61 orang yang terduga terjangkit rubella, Dinas Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan karantina terhadap beberapa orang yang diduga terjangkit penyakit.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar Baru, Agus Widjaja, belum bisa memastikan gejala yang dialami 61 orang itu apakah campak rubella atau campak Jerman dan campak biasa atau orbili.

Hingga Jumat (07/09), jumlah terduga terjangkit rubella tidak bertambah.

Sejak Agustus lalu, target semula imunisasi MR (measles rubella) di Kota Banjar Baru adalah 60 % namun hingga akhir Agustus 2018, target baru mencapai setengahnya.

"Baru 33 % dari 60 % menyasar semua institusi pendidikan, banyak penolakan dari mereka yang akhirnya pemberian vaksin ditunda, jadi bulan September" papar Agus Widjaja.

Dua pondok pesantren dengan 52 anak yang diduga terjangkit rubella, sebelumnya menolak pemberian vaksin MR pada Agustus lalu, karena para orang tua santri tidak setuju.

Penolakan ini mendorong Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan mengeluarkan imbauan resmi tertanggal 3 September.

Isinya meminta seluruh pengurus MUI kabupaten dan kota se-Kalimantan Selatan untuk menyukseskan program imunisasi MR, dengan mengacu kepada Fatwa MUI No. 33 Tahun 2018, tentang penggunaan vaksin MR dengan produsen Serum Institute of India atau SII.

Disebutkan pula, bahwa MUI Kota Banjar Baru harus melakukan sinergi dengan Dinas Kesehatan Kota Banjar Baru, melakukan dialog terhadap institusi-institusi pendidikan yang menolak imunisasi MR bulan lalu.

Di tempat lainnya, seperti diberitakan Tribun Jambi, Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, telah mendata bahwa dalam kurun waktu 20 bulan, terdapat 57 kasus positif rubella dari pemeriksaan TORCH (Tokoplasma Rubella Cytomegalo Virus Herpes Simplex).

Dari laman daring Kementerian Kesehatan, imunisasi MR di enam provinsi di Pulau Jawa, melampaui target awal, yakni 95% menjadi 100,98 %.

Data Kementerian Kesehatan sejak Januari hingga Juli 2017 mencatat sebanyak 8.099 suspek campak rubella, dengan 1.549 kasus positif rubella, lalu turun drastis pascaimunisasi, dengan 1.045 suspek campak rubella, dan 176 kasus positif rubella.