Tarian Warga Papua Eks Pekerja Freeport Curi Perhatian di CFD

Ahad, 09 September 2018

Aksi tari dan nyanyian eks pekerja PT Freeport Indonesia di car free day, Jakarta Pusat, Minggu (9/9/2018).

GILANGNEWS.COM - Sejumlah orang tampak mengenakan pakaian adat Papua sambil menari dan membawakan lagu-lagu berirama riang di area Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (9/9). Aksi itu mencuri perhatian masyarakat yang sedang mengikuti car free day (CFD) di sepanjang Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat.

Tentu bukan tanpa alasan mereka melakukan hal tersebut. Bersebelahan dengan mereka, terlihat beberapa orang memegang kain panjang dan karton bertuliskan 'Korban PHK Freeport Indonesia'.

Ya, mereka menjadi bagian dari eks pekerja PT Freeport Indonesia yang mengaku di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara sepihak. "Di CFD, ini sudah empat kali (aksi). Ini ada sekitar 70-an orang dari Papua, kami ini korban PHK Freeport," ujar koordinator aksi, Tri.

Menurut Tri, demonstrasi yang dilakukan eks pekerja Freeport, sudah dilakukan di sejumlah tempat di Jakarta, di antaranya di Ombudsman dan Istana Negara. Tri menyebut, sebanyak 3.274 pekerja Freeport diberhentikan secara sepihak oleh manajemen.
Tri yang juga merupakan eks pekerja Freeport, mengatakan, demonstrasi seperti ini dipilih sebagai upaya untuk menunjukkan aksi protes mereka ke pemerintah.

"Ya, memang (menari dan menyanyi) ini menunjukkan budaya Papua dan mengingatkan bahwa Papua itu bagian dari NKRI yang perlu diperhatikan," imbuhnya.
Lagu-lagu dan tarian yang mereka bawakan berhasil menarik perhatian masyarakat yang mengikuti CFD. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ikut menari bersama enam orang berpakaian adat Papua itu.
"Itu Tari Yospan namanya, yang dibawakan, nyanyinya juga yang irama gembira seperti sio cinta," kata Tri.

Selain menyanyi dan menari, mereka juga menjual beberapa pernak-pernik khas Papua dan menerima bantuan dana. Mereka menggalang dana untuk biaya bertahan hidup selama melalukan aksi protes di Jakarta yang sudah berlangsung selama satu bulan terakhir.
"Kita ini 'kan pembiayaan mandiri dari Papua, jadi itu (menjual dan menerima bantuan) sebagai upaya bertahan hidup. Karena kami tidak akan pulang sebelum tuntutan kami didengar," papar Tri.