Ekonomi

Januari, Virus Corona Seret Minyak RI ke US$65,38 per Barel

Rata-rata ICP turun menjadi US$65,28 per barel pada Januari 2020.

GILANGNEWS.COM - Kementerian ESDM mencatat rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Januari 2020 sebesar US$ 65,38 per barel atau turun 2,7 persen dibandingkan Desember 2019.

"Kekhawatiran pelaku pasar mengenai penyebaran virus corona dapat berdampak negatif pada permintaan minyak mentah China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, menyebabkan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional selama bulan Januari 2020," ujar Tim Harga Minyak Indonesia dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (11/2).

Penurunan juga dialami ICP SLC yang mencapai US$65,77 per barel, turun sebesar US$1,84 per barel dibandingkan bulan sebelumnya.

Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan China merupakan negara dengan konsumsi minyak sebesar 9 juta barel per hari pada tahun 2019 atau setara 90 persen produksi minyak mentah Arab Saudi.

"Penyebaran virus ini berdampak pada berbagai aspek, antara lain penurunan profit pariwisata, penurunan indeks pasar saham dan penurunan demand produk jet fuel karena dibatalkannya sejumlah penerbangan dari dan tujuan China," jelas tim.

Faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak dunia adalah kesepakatan dagang Tahap 1 antara AS dan China dinilai para pelaku pasar tidak akan mendongkrak permintaan minyak mentah serta pertumbuhan ekonomi.

Sebab, Pemerintah AS berniat untuk tetap mengenakan tarif atas barang-barang produksi China hingga tercapai kesepakatan dagang Tahap 2.

Selain itu, penurunan juga disebabkan oleh sentimen pasar minyak yang menilai tidak terdapat ancaman atas pasokan minyak mentah global seiring melemahnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Kemudian, pasokan minyak mentah global dari Shale oil AS terus meningkat dengan produksi mencapai rekor 13 juta barel per hari serta didukung dengan peningkatan kapasitas ekspor AS terutama di Corpus Christi dan peningkatan jumlah oil rig.

"Juga, Rusia yang pada Januari 2020 mencapai rekor tertinggi dalam 5 bulan terakhir dengan dalih kendala teknis setelah terjadinya krisis kontaminasi minyak di Druzhba termasuk juga bahwa kesepakatan pemotongan produksi OPEC+ hanya untuk minyak mentah, tidak berlaku untuk kondensat," jelas tim.

Badan Administrasi Informasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) juga melaporkan peningkatan stok produk bensin AS pada Januari 2020 sebesar 18,7 juta barel menjadi 261,2 juta barel dibandingkan Desember 2019.

Peningkatan juga terjadi pada stok produk distillate AS pada Januari 2020 sebesar 11,0 juta barel menjadi sebesar 144,7 juta barel dibandingkan Desember 2019.

Penurunan harga minyak mentah Januari 2020 juga disebabkan oleh laporan OPEC mengenai peningkatan suplai minyak mentah dari negara-negara Non OPEC mencapai 2,34 juta barel per hari pada 2020, dari sebesar 64,34 juta barel per hari pada 2019 menjadi sebesar 66,68 juta bph.

Di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China pada 2020 yang diperkirakan merosot sebesar 1 persen dibandingkan 2019, ke kisaran 5 persen. Namun, ekonomi China juga berpotensi melemah 1 hingga 1,5 persen akibat wabah Virus Corona.

Tak hanya itu, tekanan harga juga berasal dari periode perawatan Kilang Marifu - Jepang yang berkapasitas 200 mbopd pada Januari 2020. Kilang tersebut rencananya kembali beroperasi pada akhir Maret 2020.

Berikut perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019:
- Dated Brent turun 5,2 persen menjadi US$63,5 per barel
- WTI (Nymex) turun 3,8 persen menjadi US$57,53 per barel
- Basket OPEC turun 1,6 persen menjadi US$65,4 per barel
- Brent (ICE) turun 2,3 persen menjadi US$63,67 per barel.


Tulis Komentar