Dunia

Karena Dibilang Telinga Besar, Remaja Kanada Tembak 11 Teman dan Guru

LA LOCHE (GILANG News) - Seorang remaja di Kanada yang tidak disebutkan namanya, melakukan penembakan brutal terhadap sedikitnya 11 orang. Diduga, aksi tersebut dipicu oleh seringnya pelaku menjadi korban perundungan (bully).

Ketika diminta untuk mendeskripsikan perangai pelaku, temannya menyebut dia sebagai kambing hitam alias orang yang sering disalahkan dalam keluarganya. Ada juga teman sebayanya yang menceritakan, kalau pemuda itu sering dikatai karena telinga besarnya.

Insiden ini terjadi pada 22 Januari 2016. Namun persidangan dan penyelidikan masih berlangsung. Baru-baru ini, pemuda itu mengaku telah membunuh, antara lain dua guru di sekolahnya di La Loche, utara Saskatchewan, dan dua kakak beradik, Drayden (13) dan Dayne (17) Fontaine di Dene. Ia juga terlibat dalam upaya pembunuhan terhadap tujuh temannya yang selamat dari maut.

Sedikitnya ada dua pasal yang dijatuhkan padanya. Pasal pembunuhan tingkat satu, untuk dua pembunuhan berencana terhadap gurunya. Dan pasal pembunuhan tingkat dua, atau yang tidak direncanakan terhadap dua kakak beradik Fontaine.

Hakim Pengadilan Provinsi, Janet McIvor menyampaikan, saat ini majelis persidangan masih butuh waktu untuk menentukan perihal hukuman yang layak dijatuhkan kepada pelaku. Maksudnya, apakah akan mengenakan sanksi pidana untuk anak di bawah umur atau orang dewasa.

Hukuman maksimal untuk remaja yang terbukti melakukan pembunuhan berencana adalah 10 tahun kurungan penjara. Sementara jika dia dikenai pasal pembunuhan tingkat satu untuk orang dewasa, hukuman maksimalnya adalah penjara seumur hidup.

“Saya tidak perlu mengatakannya pun, semua orang tahu bahwa kasus ini sangat serius, sangat tragis. Terutama untuk setiap orang yang terlibat di dalamnya,” kata McIvor, seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (29/10/2016).

Jaksa juga tengah menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan dari psikiater setempat. Mengenai kejiwaan pelaku, dua korban selamat, Phyllis Longobardi dan Charlene Klyne yakin terdakwa melakukannya secara sadar. Mereka meminta pelaku dihukum dengan standard terpidana dewasa.

“Ketika dia berdiri di pintu dan melihat ke arah saya, saya yakin dia sepenuhnya tahu apa yang dia lakukan,” ucap Klyne.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengunjungi warga korban penembakan massal di La Loche. Dia membawa bunga dan memeluk keluarga korban.

Penembakan massal faktanya amat jarang terjadi di Kanada. Sebagaimana negara ini memiliki sistem perbatasan kepemilikan senjata yang jauh lebih ketat daripada di Amerika Serikat. Dengan demikian, penembakan brutal di sekolah bagian barat Kanada ini menjadi yang paling mematikan selama lebih dari dua dekade terakhir.

Sebelumnya, penembakan tergila pernah meneror Ecole Polytechnique University di Montreal oada 1989. Korban tewas mencapai 15 orang dan yang terluka hanya selisih satu lebih sedikit.

Link: Okezone

 


Tulis Komentar