Pekanbaru

Terinspirasi DR H Firdaus ST MT, Petani Ini Putuskan Tanam Jagung dan Singkong

DR H Firdaus ST MT, panen kangkung. Beberapa kawasan di Pekanbaru memang disiapkan agar mampu menjadi sentra dan mengembangkan diri sebagai upaya meningkatkan ekonomi rakyat

GILANGNEWS.COM- Lahan yang ia miliki tak begitu luas, tak sampai satu hektar. Dulu, di atas lahan itu tumbuh pohon karet, tapi entah mengapa tak begitu mengena di hatinya.

Di tengah kegundahannya, ia mantapkan hati. Hasilnya, seluruh batang karet ditebang, tanah yang menghampar itu kemudian diolahnya kembali, ia memutuskan untuk bertanam ubi.

"Saya tak cocok dengan karet, entah mengapa hati dan pikiran saya selalu ingin menggantinya dengan tanaman lainnya," kata Topan, salah seorang petani pemilik lahan di Jalan Seroja, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Jumat (25/11/2016).

Pertimbangan mendasarnya adalah, lahan yang ia miliki tak begitu luas. Jika karet yang ditanam, hasilnya tentulah tak seberapa, dan itupun harus dideres setiap hari. Parahnya, kalau musim hujan seperti saat ini, karet tak produktif sama sekali.

Menurut Topan, hatinya betul-betul mantap ketika beberapa bulan lalu, menyaksikan Walikota Pekanbaru DR H Firdaus ST MT, bersama petani di salah satu sentra pertanian Pekanbaru di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir.

Di lahan yang begitu luas itu, banyak yang bisa dipelajari, mulai dari menanam ubi, jagung, pepaya, kacang, jagung, labu madu, serta melon. Khusus Melon, ternyata yang bisa dipanen dalam 70 hari. Jika satu hektar, hasilnya ternyata bisa mencapai Rp 300 - 400 juta.

"Intinya, kata walikota ketika itu, tata kelola yang benar dan baik". Kata-kata itu, katanya, benar-benar menyadarkan untuk berubah.

Selain itu, Topan juga sebenarnya sudah belajar sesuatu dari H Hasan Basri MSi, Camat Mandau yang tahun 2015, mengundurkan diri dari jabatannya dan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) hanya karena ingin fokus bertani singkong.

Dari dua orang itu, Topan mengaku mampu memantapkan hati. Pilihannya adalah menanam ubi, jagung, pepaya dan tanaman lainnya. Ubi, kata Topan, tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk, begitu juga dengan yang lain, dan masa panen yang tak begitu lama.

Kini, di lahan itu, Topan menanam ubi. Di antara tanaman itu, terdapat ratusan batang pepaya. Jagung yang ditanam diantara batang ubi, sudah panen beberapa waktu lalu, demikian pula dengan pepaya, yang setiap hari bisa menghasilkan puluhan kilo.

"Sekitar sebulan setengah lagi, ubi juga bisa dipanen. Setiap batangnya, ubi yang dihasilkan diperkirakan paling sedikit 5 kilo. Ada perusahaan yang selalu siap menampung hasil panen, jadi kami petani tidak pernah ragu," ujarnya.

Tak hanya itu, di sekitar pondok di kebun, ditanaminya dengan bayam dan kangkung. Beberapa batang cabe rawit, dengan 'sombong' tumbuh dan seperti menjadi pembatas dengan jenis tanaman lainnya.

Topan, adalah salah seorang dari ratusan petani sejenis lainnya di Jalan Seroja. Kawasan ini, sejak lama memang dikenal sebagai salah satu penghasil ubi di Kecamatan Tenayan Raya.

Topan kini, juga termasuk salah seorang petani yang sudah mampu meningkatkan ekonomi keluarganya dari bertani singkong dan tanaman lainnya.

"Alhamdulillah, mudah-mudahan petani lainnya dapat belajar juga," ujarnya.***

Penulis    : Zoel
Editor    : Atika Wulandari
 


Tulis Komentar