Nasional

H Firdaus Ingin Semua Dikembalikan ke Alam, Ada Apa?

Dr. H. Firdaus ST MT melakukan peninjauan kelapangan

GILANGNEWS.COM- Calom Incumbent Walikota dan Wakil Walikota Nomor Urut 3, DR H Firdaus ST MT - H Ayat Cahyadi SSi, Selasa (29/11/2016), melakukan dialog dengan masyarakat Kecamatan Tampan, tepatnya di Jalan Srikandi, Kelurahan Delima.

Tak hanya berdialog, DR H Firdaus ST MT - Ayat Cahyadi SSi, bersama masyarakat juga langsung menyaksikan normalisasi sungai sepanjang kurang lebih 20 meter.

Saat itu, sebuah alat berat saat itu tengah bekerja untuk membersihkan sampah dan kayu-kayu yang menyumbat. H Firdaus, tak lupa memperkenalkan produk baru hasil kreativitas masyarakat setempat yang nantinya akan sangat berguna untuk membantu program pembangunan Rumah Layak Huni (RLH).

H Firdaus, mengatakan,  curah hujan untuk tahun ini sangat tinggi, hal itu disebabkan perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Tidak hanya di Pekanbaru mengalami genangan, tapi juga di beberapa kota lain, seperti Bandung pun demikian.

"Bagi kita perubahan iklim global dunia ini sangat ekstrim, antisipasinya tentu menjadi perhatian ke depannya," kata Firdaus.

Untuk Pekanbaru, disebutkannya, tidak seperti kota lain, dan daerah lain. Di Pekanbaru genangan airnya hanya terjadi dalam hitungan jam.

"Kemarin sore (Senin, red) saya sempatkan meninjau anak sungai di Delima, dan Selasa sore saya Tinjau lagi untuk memastikan kondisinya," ujarnya.

Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan kondisi banjir di pemukiman Delima itu?

Menurut H Firdaus, di Delima itu tanahnya agak berkontur, tidak datar. Ada yang tinggi, ada yang rendah, dan ada yang berbukit. Itukan ada beberapa anak sungai. Pada saat pertemuan di kawasan Delima beberapa tahun yang lalu, itu tidak tumbuh dalam konsep terencana. Artinya kawasan itu tumbuh sesuai dengan keinginan warga saja. 

"Kita dari pemerintah, karena tidak punya pedoman dalam memandu pertumbuhan pembangunan saat itu, dan tidak terencana dengan baik, akhirnya yang terjadi, anak-anak sungai banyak yang terganggu dalam pembangunan," jelasnya.

Seperti yang dilihatnya, anak sungai oleh pengembang, mereka mengambil ukuran tanahnya yang membuat posisi anak sungai itu bergeser dan bergeser terus.

"Maka ada anak sungai yang mengecil, bahkan anak sungai itu tertimbun. Contoh di Bukit Raya, ada beberapa anak sungai yang mati. Karena pada kondisi sekarang masyarakat membangun tanpa memperhatikan itu," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata H Firdaus, pembangunan di kota Pekanbaru itu harus dilakukan secara super blok-super blok. Dari sini, harus dibuat ruang terbuka hijau yang multi fungsi.

"Yang saya maksud multi fungsi itu, dalam ruang terbuka hijau itu kita harus menyediakan danau-danau atau waduk-waduk kecil, yang fungsinya untuk menampung air hujan," tegasnya.

Ditegaskannya juga, dalam membangun itu tidak bisa menantang alam, harus bersahabat dengan alam tersebut.

"Artinya, pembangunan itu jangan sampai mengganggu aliran sungai atau anak-anak sungai yang sudah ada sebelumnya. Kondisi baru kita sadari ketika sudah jadi bencana, iya kan," tuturnya.

Padahal, kata Firdaus, didalam memandu sungai dan anak-anak sungai itu sudah ada undang-undang sungai. Ada garis sempadan sungai (GSS).


"Kalau terjadi pelanggaran itu sebenarnya bisa dipidana," katanya.

Tapi, disebutkannya, pada waktu yang lalu sudah terjadi pembangunan. Jadi tidak bisa lagi. "Kedepan kita harapkan setiap pembangunan kedepan, pembangunan itu harus sudah terencana dengan baik, kita susun perencanaan pembangunan itu dalam bentuk super blok," sebutnya.

Karena dengan sistem super blok ini bisa teratur, ada hirarkisnya. Artinya mana yang jalan primer, mana yang kolektor dan mana yang sekunder. Dan mana jalan utama, jalan lingkungannya itu harus ada.

Kemudian ditegaskan Firdaus, drainase juga harus terencana juga.

"Jadi semua harus dikembalikan ke alam. Mesti ada lopak-lopak (rawa-rawa) untuk bisa menampung genangan air. Seperti waduk-waduk kecil tadi. Jadi sebelum air itu ke anak sungai, ditampung dulu di waduk-waduk itu," jelasnya.

Contohnya, dikatakan Firdaus, di Terminal BRPS, itu sudah dibuat. Meski belum sempurna. Artinya, kedepan, disebutkannya, pemerintah harus membuat perencanaan pembangunan dalam satu kawasan itu sudah terencana dengan baik. Kemudian masyarakat juga harus ikut bersama-sama menjaganya, termasuk juga developer.

"Kalau sudah direncanakan oleh developer misalkan, masyarakat jangan tambah-tambah lagi," harapnya.

Ada banyak sungai yang dijumpai Firdaus, dan juga laporan dari masyarakat juga. Anak sungai yang dibuat oleh seseorang, tapi oleh orang pintar, pagar rumahnya sampai masuk ke anak sungai.


 

"Jadi persoalan banjir ini, jika saya Firdaus bersama Ayat diamanahkan untuk memimpin Pekanbaru lagi, ini menjadi PR kami untuk diselesaikan bagaimana tidak banjir lagi, persoalan banjir ini terjadi sudah lama," ungkapnya.

Persoalan kawasan, dan juga jaringan untuk drainase ini disebutkan, jalan, anak sungai, drainase kewenangannya tidak hanya Pemerintah kabupaten kota, tetapi ada kewenangan pusat melalui kementerian teknisnya, dan juga ada kewenangan Provinsi.

"Jadi harus ada kerjasama dan sinergitas untuk membuatnya supaya baik. Untuk anak-anak sungai tadi itu, dan juga drainase utama itu kewenangan pusat dan provinsi, kabupaten kota hanya tersier nya saja dalam lingkungan," sebutnya.

Persoalan banjir, ditegaskan bukan hanya persoalan drainase atau parit di lingkungan saja, tetapi juga induknya juga. "Untuk itu, kita juga sudah merencanakan drainase dibawah tanah yang menjadi drainase induk. Tidak hanya menampung air tetapi juga untuk yang lain, seperti jaringan pipa, kabel," paparnya.

Insya Allah, dikatakannya, secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan pembanguna kota. Dan juga tingkat disiplin masyarakat dalam menjaga lingkungan bisa dilaksanakan dengan baik nantinya.

"Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi dan bekerjasama dengan baik sesuai dengan kewenanagan," ujarnya.

Editor    : Zulfikri


Tulis Komentar