Pekanbaru

Keluaran Uang Kertas Baru Jadi Perbincangan Hangat Oleh Masyarakat

Direktur Bank Riau Kepri

GILANGNEWS.COM - BANYAK fenomena yang unik dirasakan pada situasi krisis global ini. Bahkan klakson oto bus saja, bisa dijadikan bahan polemik yang hangat seperti “om telolet om”.

Ketika Bank Indonesia meluncurkan uang kertas baru, itupun dijadikan polemik dengan berbagai opini bermunculan atas keluarnya uang baru tersebut.

Terkait dengan uang kertas baru ini yang yang dipolemikan justru kearah sikap sinis atas keluarnya uang kertas baru tersebut. Entahlah, pertanda apa ini, niat pemerintah melalui Bank Indonesia dengan niat yang sangat baik dan didukung dengan aturan yang jelas terkait pencetakan uang, tetap saja masih ada pihak-pihak yang mempolemikkan sehingga masyarakat jadi bingung.

Ada yang mempertanyakan tentang desain uang kertas baru, kok mirip dengan uang kertas negara lain, dan ada juga yang mempertanyakan, apakah langkah ini merupakan untuk menambah uang atau kekayaan negara yang lagi berjuang menghadapi krisis global, dan juga ada yang berpandangan negatif , terkait dengan proyek pengadaan yang kertas baru tersebut.

Ya ini memang negara demokrasi, namun rasanya pihak pemerintah tentunya tidaklah segegabah itu dalam menerbitkan uang kertas baru. Ada aturan baku dan atura main yang sangat jelas, serta tidak mungkinlah pihak rezim yang lagi berkuasa, mempertaruhkan harkat dan martabatnya terkait pencetakan uang kertas baru ini, sebagaimana dilansir pekanbaru.tribunnews.com

Rencana dan niat baik dari pihak pemerintah melalui Bank Indonesia ini terkait pencetakan uang kertas baru ini, sepatutnya kita berikan apresiasi, dimana justru dengan uang kertas baru ini, kita jauh lebih aman.

Pada uang kertas baru ini pengamanannya berlapis, sehingga kita akan lebih aman dan nyaman akan adanya aksi uang palsu.

Uang kertas desain lama memang sudah masuk pada umurnya untuk diganti dan kecanggihan dari mafia uang palsu tentunya telah menjadi catatan tersendiri bagi Bank Indonesia dalam mendesain uang kertas baru ini.

Untuk melakukan hitung-hitungan cetak uang kertas baru ini, tentunya pihak Bank Indonesia sudah melakukan pola perhitungan yang akurat dan bertanggung jawab, dimana bilamana salah hitung, maka akan terjadi lonjakan tingkat inflasi yang besar, dan diperoleh bukannya manfaat tapi mudarat.
Perlu diingat juga target pemerintah untuk besaran inflasi pada 2017 adalah tidak jauh berbeda dengan tahun 2016, dengan demikian tidak ada lonjakan inflasi yang akan terjadi. Jadi secara mudah dan logik, pencetakan uang kertas baru ini, tidak perlu dikaji secara berlebihan dan terlalu jauh dari pokok permasalahannnya.

Memang perlu menjadi catatan kita bersama bahwa pada tahun delapan puluhan abad terakhir tingkat inflasi karena penciptaan kelebihan uang yang sangat besar di negara-negara Amerika Latin, bahkan beberapa negara Amerika Latin mengalami hiper inflasi, seperti yang terjadi selama 1983- 1988 tingkat inflasi tahunan rata-rata di Argentina adalah 359 persen, di Bolivia 1.797 persen, Brazil 341 persen, Meksiko 87 persen dan Peru 382 persen.

Di negara-negara Amerika Latin, pemerintah mengangkat pendapatan yang besar karena tingkat inflasi yang tinggi disebabkan oleh penciptaan sejumlah besar uang yang dicetak karena defisit anggaran tahun demi tahun. Dalam menerbitkan atau mencetak uang, terdapat dua macam sistem, yang disebut “pseudo gold” dan “uang fiat”.

Aturan baku yang umum dalam pencetakan uang ada dua sistem yaitu sistem pseudo gold, uang yang dicetak dan beredar didukung dengan cadangan emas atau perak yang dimiliki badan yang menerbitkannya.

Sedangkan dalam sistem uang fiat, uang yang beredar tidak didukung aset yang riil. Artinya suatu pemerintahan negara boleh saja memilih polanya sesuai dengan sistem perekonomian yang mereka anut.

Contoh kejadian di Zimbabwe dapat dijadikan pelajaran yang berharga. Pada 2008, pemerintah Zimbabwe dengan kurang perhitungan mengeluarkan kebijakan untuk mencetak uang dalam jumlah sangat banyak, yang ditujukan untuk memperbanyak pegawai negeri yang diharapkan akan mendukung pemerintah.

Hasilnya adalah terjadi hiper inflasi . Zimbabwe saat ini memegang rekor dalam hal inflasi tertinggi di dunia, yaitu 2.200.000% (2,2 juta persen) pada 2008. Bahkan pihak Bank Sentral Zimbabwe menerbitkan pecahan uang senilai 100 milyar dollar, itu merupakan rekor pecahan uang dengan nominal terbesar di dunia.

Contoh kejadian di Venezuela juga menarik untuk disimak, pencetakan uang yang berlebihan, ternyata pemerintah Venezuela juga berhutang pada perusahaan diluar negeri yang melakukan proses cetak uang tersebut.

Yang terjadi di Indonesia memang berbeda. Kondisi perekonomian Indonesia untuk tahun 2017 saja masih optimis untuk tumbuh 5,2%. Dengan demikian urusan cetak uang kertas baru, bukan hal itu yang harus serius untuk kita cermati.

Yang utama menjadi fokus kita seharusnya bagaimana Indonesia bisa tetap tumbuh sesuai target tumbuhnya perekonomian yang telah dijadikan asumsi APBN 2017. Jadi janganlah “Gagal Fokus”.***


Tulis Komentar