Nasional

Mahasiswa UII Ciptakan Pelet Ikan Berprotein Tinggi dari Larva Lalat

Produk pelet ikan berprotein tinggi dari larva lalat

GILANGNEWS.COM - Tiga mahasiswi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, DIY, yang terdiri dari Ika Bayu Kartikasari, Fatma Wahyu, dan Siti Hariyati berhasil mengembangkan pelet ikan berprotein tinggi dari larva lalat yang berkembang pada sampah organik. Adapun larva lalat yang dikembangkan merupakan lalat Black Sodier Fly (BSF).

Produk ini pun menjadi juara III dalam kompetisi entrepreneurship UTU Awards yang diselenggarakan oleh Universitas Teuku Umar (UTU) di Meulaboh, Aceh, akhir tahun lalu. Menurut Ika, lalat BSF memiliki keistimewaan, yakni tidak membawa kuman penyakit.

“Lalat BSF ini larvanya sangat rakus dalam mengurai aneka sampah organik, seperti sampah rumah tangga, sisa nasi, sisa sayuran, hingga daun-daunan kering. Setelah melaksanakan tugasnya mengurai sampah, barulah larva lalat kita panen sebagai bahan pembuatan pelet,” ujarnya, dilansir republika Selasa (28/2).

Sementara itu, Siti mengemukakan, agar lalat BSF mau hinggap dan bertelur di sampah organik, timnya harus melakukan trik-trik khusus. Di antaranya sampah organik harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak ada jenis lalat lain yang hinggap di sana.

Kemudian barulah beberapa indukan lalat BSF ditempatkan pada sampah organik tersebut. “Ketika lalat BSF telah hinggap di suatu media, maka dipastikan lalat-lalat yang lain tidak akan hinggap di media tersebut, karena sudah menjadi daerah teritorialnya lalat BSF,” kata Siti, dalam siaran pers.

Setelah itu larva pemakan sampah pun akan bermunculan. Kemudian larva yang berkembang hingga fase Pre Pupa dianggap sudah layak panen, karena memiliki tekstur belum terlalu keras dan memiliki protein yang besar.

Pertama, larva yang telah memasuki fase Pre Pupa dipisahkan dari larva lain. Larva tersebut kemudian dimatikan dengan cara dioven sampai kering dan dijadikan serbuk. Proses selanjutnya, serbuk larva dicampur dengan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat pelet, seperti dedak, bekatul, air, dan tepung kanji.

“Setelah tercampur dengan baik, maka barulah dicetak, dikeringkan, dan dibentuk menjadi ukuran standar pelet pakan ikan”, papar Fatma. Setelah itu, pelet yang sudah kering siap ditabur ke kolam-kolam ikan.

Karena metode pembuatan yang tak terlalu rumit, Fatma dan kawan-kawannya pun berharap dapat membagikan cara pembuatan pelet larva kepada masyarakat. Selain itu, mereka juga berkeinginan untuk melibatkan masyarakat mengurangi tumpukan sampah rumah tangga dengan mengolahnya menjadi pelet ikan atau pakan ternak.***


Tulis Komentar