Pekanbaru

LE-Hardianto Dapat Limpahan Suara dari Pendukung Calon yang tak Jadi Maju

Lukman Edy-Hardianto.

GILANGNEWS.COM - Dinamika politik Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) tahun 2018 penuh kejutan. Karenanya, untuk dapat mengukur hasil akhir Pilgubri ini, salah satu caranya adalah dengan survei yang dilakukan lembaga berkompeten. Nah, menurut survei Pusat Studi Demokrasi dan HAM (PuSDeHAM) Surabaya, pergeseran suara dari pendukung tokoh-tokoh yang tidak maju lebih banyak mengarah ke pasangan Lukman Edy (LE)-Hardianto.

Menurut Direktur PuSDeHAM, Muhammad Asfar, dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Riau 2018, pertimbangan utama yang digunakan masyarakat dalam memilih pasangan calon adalah kualitas personal calon dan program yang ditawarkan jika yang bersangkutan terpilih.

"Artinya, pasangan calon yang mampu menunjukkan kapabilitasnya sebagai pemimpin, paham permasalahan daerah dan menawarkan berbagai alternatif program untuk menyelesaikan permasalahan daerah, maka dialah yang punya peluang besar untuk memenangkan Pilgubri," cakap Asfar kepada sejumlah wartawan, Selasa (23/1/2018).

Muhammad Asfar menambahkan, ada banyak tokoh yang diharapkan memimpin Provinsi Riau lima tahun kedepan. Para tokoh tersebut diantaranya Andi Rachman (Gubernur), Firdaus MT (Walikota Pekanbaru), Syamsuar (Bupati Siak), Lukman Edy (DPR RI PKB/Mantan Menteri PDT), Achmad (Eks Bupati Rokan Hulu), Yopi Arianto (Bupati Indragiri Hulur) dan HM Harris (Bupati Pelalawan).

Hanya saja, lanjut Asfar, tidak semua nama-nama di atas dapat mendaftar ke KPU Riau karena tidak memiliki perahu politik yang cukup. Yang bisa mendaftar cuma empat pasang, yakni Andi Rachman-Suyatno, Firdaus-Rusli Effendi, Syamsuar-Edy Natar, dan Lukman Edy-Hardianto. Nah, kemana suara para pendukung calon yang tidak jadi maju?

"Pergeseran suara dari pendukung tokoh-tokoh yang tidak maju lebih banyak mengarah ke pasangan Lukman Edy-Hardianto," tegas Asfar.

Alasannya, menurut Asfat, karena Hal ini persepsi sebagian pemilih bahwa Lukman Edy adalah tokoh Riau yang memiliki kualitas pribadi yang cerdas dan mumpuni serta memiliki program yang dianggap realistis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di Provinsi Riau.

Dijelaskan Asfar juga, pengumpulan data survei dilakukan pada tanggal 9-20 Januari 2018 di seluruh kabupaten/kota se-Riau. Jumlah sampel sebanyak 1000 responden dengan margin of error lebih kurang 3 persen. Metode penarikan sampel menggunakan Multistage random sampling (sampel acak bertahap) berdasarkan wilayah.

Selain itu, dalam survei tersebut juga dikatakan bahwa tingkat kepuasan terhadap kinerja Gubernur Riau selama beberapa tahun terakhir sangat rendah, angkanya hanya 52,3 persen.

Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, mulai dari buruknya persepsi masyarakat terhadap kondisi infrastruktur, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan yang masih rendah hingga ketidakmampuan pemerintah dalam menjaga kestabilitas harga jual produk pertanian dan perkebunan warga.

"Nah, dari data ketidakpuasan terhadap kinerja gubernur tadi, berdampak munculnya 72,9 persen masyarakat mengharapkan ada kepemimpinan baru di Provinsi Riau untuk lima tahun kedepan. Temuan ini tentunya menjadi 'lampu hijau' bagi para figur lain untuk bertarung di Pilgubri. Dan berdasarkan pengalaman PuSDeHAM di berbagai wilayah di Indonesia, incumbent akan mudah dikalahkan jika variabel kepuasan terhadap kinerja pemerintahan berada dibawah 60 persen dan ekspektasi terhadap pemimpin baru diatas 70 persen," paparnya.


Tulis Komentar