Nasional

Pengamat: Rizieq Shihab Jadi Simbol Oposisi Jokowi

Rizieq Shihab kini telah menjadi salah satu simbol oposisi terhadap pemerintahan Jokowi.

GILANGNEWS.COM - Pengamat politik Islam asal Univesitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarak menyebut imam besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab telah menjadi salah satu representasi sekaligus simbol atas ketidakpuasan umat Islam terhadap pemerintahan Joko Widodo.

Status ini didapatkan Rizieq tak lepas dari polarisasi atau keterbelahan politik di masyarakat, dan merebaknya isu kebangkitan politik umat Islam setelah Pilkada DKI Jakarta 2017.

Ditambah lagi, kata Zaki, rentetan peristiwa seperti penangkapan ulama dan pembubaran ormas Islam yang membuat Jokowi dilabeli sebagai pemimpin yang tidak pro terhadap umat muslim di Indonesia.

"Dalam momen polarisasi itulah Rizieq dianggap mampu menjadi simbol kekuatan umat Islam yang tidak puas dengan pemerintah (Joko Widodo) dan yang merasa dizalimi khususnya umat Islam," kata Zaki kepada wartawan.

Menurut Zaki jika kondisi politik di Indonesia stabil, sosok Rizieq tidak akan dianggap sebuah kekuatan. Namun Zaki memprediksi kondisi stabil tersebut tidak akan terjadi hingga Pilpres 2019 mendatang.

"Justru kondisi polarisasi itu meningkat, ya. Itu yang dimanfaatkan oleh beberapa kelompok politik untuk kemudian berharap mendapatkan dukungan setelah bertemu Rizieq," kata Zaki.

Rizieq yang sampai saat ini masih berada di Mekkah, Arab Saudi, memang kerap dikunjungi sejumlah. Imbauan Rizieq soal koalisi partai menghadapi Jokowi bahkan direspons cukup serius oleh sejumlah elite partai.

Tak hanya kelompok di luar kekuasaan, penguasa, khususnya Presiden Joko widodo akhirnya memilih ikut memanfaatkan kondisi sentimen umat Islam yang akan terus memuncak hingga Pilpres itu.

Jokowi beberapa kali menggunakan baju koko dan sarung hingga mengunjungi pesantren-pesantren dan kiai sepuh untuk membuat label sebagai pemimpin yang pro Islam.

Dari fenomena tersebut, Zaki menyebut suara Rizieq akan terus didengar dan akan memudar sendirinya jika kondisi masyarakat tak lagi terfragmentasi.

Zaki mengatakan kemunculan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dan ulama kondang asal Riau Abdul Somad sebenarnya bisa menjadi figur untuk menyuarakan politik Islam yang tidak terlalu ekstrim. Namun kondisi polarisasi sudah kadung meruncing.

"Tapi kondisi polarisasi ini sudah terlalu runcing dan tidak akan bisa diantisipasi dalam waktu jangka pendek. Jadi harus kembali pada masyarakat dan politikus kita untuk bisa berpolitik secara proporsional," tutur Zaki.


Tulis Komentar