Politik

Lobi-lobi Politik Jokowi

Persaudaraan Alumni 212 bertemu Presiden Joko Widodo.

GILANGNEWS.COM - Pemilihan Presiden 2019 kian dekat. Pada awal Agustus 2018 ini, atau sekitar tiga bulan lagi, partai-partai politik dan semua pihak yang berkepentingan harus mendaftarkan calon presiden-wakil presiden mereka ke Komisi Pemilihan Umum.

Tak heran, bila sejumlah tokoh terus bermanuver. Ada yang memasang baliho-baliho menjadi capres, cawapres. Ada pula, yang menyatakan siap menjalankan mandat untuk maju sebagai capres.

Salah satu figur sentral yang dipandang akan maju lagi, yaitu Joko Widodo juga tidak ketinggalan. Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu juga aktif melakukan lobi-lobi politik.

Baru-baru ini, Jokowi menemui alumni 212, suatu kelompok yang selama ini memiliki citra sebagai lawan politiknya. Tidak hanya itu saja, pria yang berprofesi sebagai pengusaha mebel sebelum terjun ke dunia politik itu juga mendekati lawan politik lainnya, Partai Keadilan Sejahtera.

Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, apa yang dilakukan Jokowi itu susah untuk dikatakan bukan sebuah manuver politik. Menurutnya, Jokowi memang tengah mencari dukungan dalam rangka Pilpres 2019.

"Publik sulit untuk tidak mengatakan bahwa apa yang dilakukan Jokowi bukan aktivitas politik. Menyongsong pencapresan yang makin mendekat, petahana berupaya menarik dukungan seluas-luasnya tak hanya dari parpol tapi juga dari ormas-ormas, khususnya ormas agama," kata Siti, saat dihubungi VIVA, Sabtu 28 April 2018.

Apalagi, tokoh yang akrab disapa Wiwiek ini mengingatkan publik juga mencatat tak hanya Jokowi saja yang turun, tapi dua menko juga bertemu ketua umum partai politik. Pertama, adalah Luhut Binsar Pandjaitan. Kedua, adalah Wiranto.

"Hal ini yang membuat publik berpandangan bahwa aktivitas yang mereka lakukan, sarat dengan persiapan politik menyongsong Pemilu 2019," tutur Wiwiek.

Sejauh ini, hampir semua lembaga survei menempatkan Jokowi sebagai figur dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden. Sementara itu, figur kedua di bawahnya adalah Prabowo Subianto.

Namun, sejumlah pihak menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia saat ini menginginkan pergantian presiden. Hal itu dilihat dari masifnya gerakan dengan tagar "2019GantiPresiden'.

Jokowi juga dipandang tengah berupaya menciptakan capres tunggal untuk menjamin kemenangannya.


Tulis Komentar