Pekanbaru

Saat BIN Diledek Intel Melayu

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Aktivis #2019GantiPresiden Neno Warisman mendapat penghadangan di Pekanbaru. Lewat peran Kepala BIN Daerah (Kabinda) dari Pekanbaru, Neno akhirnya dipulangkan ke Jakarta. Karena aksinya itu, BIN dikritik sebagai intel Melayu.

Peristiwa di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengawali kontroversi politik ini. Neno mengaku dipaksa pulang oleh sejumlah aparat di Bandara. Neno mengaku mendapatkan perlakuan yang kasar dari aparat setempat.
Pengakuan Neno itu tersebut melalui video sejak Sabtu malam lalu. Neno mengaku dipaksa keluar dari mobil oleh sejumlah aparat, dan aparat itu membawa senjata. Dia merasa tidak mendapat perlindungan. Dikatakannya, Kabinda setempat bersikap kasar terhadapnya.

"Dia paksa saya mau pulang naik pesawat, selamatin tas saya, selamatin tas saya, jangan sandera tas saya, itu dipaksa, itu Kabinda, kasar sekali dia, kasar sekali dia," tutur Neno.

Badan Intelijen Negara (BIN) memberi penjelasan soal hal ini. Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto mengatakan rencana kehadiran Neno di Pekanbaru adalah untuk menghadiri acara tur musik bertajuk #2019GantiPresiden. Acara itu menuai pro dan kontra, pihak Polda Riau belum memberikan izin terhadap acara itu.

"Tatkala ada pengajuan izin bahwa Neno Warisman mau berkunjung dan memberikan orasi dalam acara musik tersebut dan ternyata tidak mendapatkan izin, maka Binda dan aparat keamanan setempat wajib menjaga tegaknya wibawa aturan tersebut, Neno Warisman tetap tidak diperkenankan untuk menghadiri acara tersebut," kata Wawan Hari Purwanto dalam keterangan tertulis, Senin (27/8/2018).

Imbauan meminta Neno meninggalkan Pekanbaru disebut sebagai jalan terbaik. Dari hasil analisis BIN, kata Wawan, hal tersebut agar tidak timbul korban apabila Neno tetap melanjutkan deklarasi #2019GantiPresiden.

Pilihan keputusan agar Neno kembali ke Jakarta juga untuk menghindari bentrokan dan jatuhnya korban. Wawan menegaskan tak ada keberpihakan dari BIN menyusul gerakan politis itu. Dia memastikan BIN tetap netral pada setiap pemilu.

"Tidak ada keberpihakan atau upaya tidak netral dari BIN dalam perhelatan pemilu, akan tetapi menjaga keselamatan warga dan upaya cegah dini untuk hal-hal yang tidak diinginkan mutlak harus dilakukan," tegas Wawan.

Bereaksi atas aksi BIN yang memulangkan Neno, Partai Gerindra melontarkan kritik. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyebut pihak BIN yang memulangkan Neno dengan sebutan khusus.

"Ya itu namanya intel melayu," ujar Muzani di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/8/2018).

Muzani menyebut penolakan massa terhadap Neno yang berujung pemulangan paksa merupakan tindakan yang menggelikan.

Ia menyebut Indonesia seperti bukan negara demokrasi saat ini. Seharusnya, gerakan yang ingin Presiden Joko Widodo lanjut dua periode dan ganti presiden harus mendapat perlakuan yang sama. Seharusnya aparat kepolisian menjaga Neno agar tidak dihadang massa.

Muzani masih heran mengapa BIN sampai ikut memulangkan Neno. BIN menurutnya tampak seperti intel yang norak.

"Apalagi kemudian lebih geli lagi dalamnya terlibat BIN, Kabinda. Kabinda itu adalah tugasnya kalau membaca UU BIN itu tugasnya memberi informasi, memperkirakan keadaan, tentang situasi yang akan terjadi. Bukan tampil ke depan," sebut Muzani.

"Mungkin karena supaya dianggap kerja barangkali ya, Kabinda mungkin. Ya namanya juga intel Melayu, jadi aduh, kesannya jadi norak kalau ada intel seperti itu," sambung dia.


Tulis Komentar