Politik

Suara PAN Sumbang, Sejumlah Caleg Tolak Kampanyekan Prabowo

Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan sejumlah caleg di beberapa daerah keberatan mengampanyekan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

GILANGNEWS.COM - Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan sejumlah calon anggota legislatif partainya di beberapa daerah keberatan mengampanyekan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Hal itu disebabkan masyarakat di daerah pemilihannya punya pandangan politik berbeda.

Eddy membeberkan hal tersebut saat menjadi pembicara di acara diskusi yang dihelat PolMark Indonesia di Hotel Veranda, Jakarta, Kamis (18/10).

"Mohon maaf ketua umum, mohon maaf sekjen, tetapi saya di bawah tidak bisa terang terangan mengkampanyekan Pak Prabowo karena konstituen kita tidak sejalan dengan itu," ucap Eddy menirukan pengakuan caleg dari PAN.

Eddy menjelaskan mulanya 99 persen kader yang menghadiri rapat kerja nasional PAN setuju ketika DPP memutuskan bakal mendukung paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Dia mengatakan hampir semua kader yang hadir bersyukur dan siap memenangkan pasangan nomor urut 02 di Pilpres 2019.

Rakernas PAN itu digelar di Jakarta satu hari sebelum Prabowo-Sandiaga didaftarkan parpol pengusung ke KPU sebagai bakal capres-cawapres.

"Euforianya luar biasa," kata Eddy.

Namun, tiga hari kemudian, Eddy mengaku mendapat pesan singkat dari para kader. Isinya berupa prediksi terkait dampak yang kurang menguntungkan bagi PAN jika kader mengampanyekan Prabowo-Sandi.

"'Wah ternyata yang kita pilih itu bukan kader. Kalau sekarang kita keluar dan teriak-teriak pak Prabowo, yang dapat angin positifnya itu adalah Gerindra bukan PAN'," ucap Eddy menirukan penuturan kader PAN.

"Akhirnya tersadarkan bahwa ujung-ujungnya kita harus bergerak untuk memenangkan pileg," kata Eddy.

Eddy menduga kondisi demikian tidak hanya terjadi di internal PAN saja. Menurut Eddy, kondisi serupa juga terjadi di internal partai yang kadernya tidak maju dalam Pilpres 2019.

Eddy menjelaskan bahwa Pilpres 2019 merupakan ajang penentuan eksistensi partai politik. Menurutnya, semua partai berupaya sekeras mungkin meraih banyak suara di pileg. Minimal, kata Eddy, lolos parliamentary threshold atau ambang batas parlemen 4 persen.

"Oleh karena itu, tujuan kita berpartai, eksistensi kita di partai adalah besarnya kursi di parlemen. Jadi sekarang bagaimana mendapatkan kursi. Ini yang menjadi fokus dan perhatian kita," kata Eddy.

Eddy mengatakan kesulitan Pemilu 2019 adalah pileg dan pilpres dihelat secara serentak. Di satu sisi mesti turut memenangkan pilpres. Di sisi yang lain harus menjaga agar tetap berada di parlemen dengan meraih banyak suara di pileg.

Meski begitu, Eddy tidak mengatakan partainya mengabaikan Pilpres demi mencapai hasil maksimal di pileg.

"Pola baku masih belum ada " ucap Eddy.

Eddy mengklaim PAN telah ikut dalam kerja-kerja pemenangan Prabowo-Sandi dengan turun ke lapangan langsung. Dia mengutarakan hal tersebut sebagai bukti bAhwa PAN memang tidak mengabaikan Pilpres 2019.

Eddy mengaku menemukan beragam masalah di masyarakat yang kemudian terkerucut menjadi tiga hal. Menurutnya, tiga hal itu yang paling disorot masyarakat.

"Petama, masalah ekonomi, masalah lapangan kerja dan ketiga, masalah Korupsi," ujar Eddy.


Tulis Komentar