Nasional

Defisit Perdagangan Barang 2018 Pertama dalam Sejarah

Ilustrasi ekspor impor.

GILANGNEWS.COM - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyebut defisit perdagangan barang yang dialami Indonesia pada tahun lalu merupakan yang pertama dalam sejarah. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), defisit perdagangan tahun lalu mencapai US$431 juta. Defisit terjadi akibat impor barang yang mencapai US$181,18 miliar, sedangkan ekspor barang hanya mencapai US$180,75 miliar. Faisal menjelaskan kenaikan impor pada 2018 tiga kali lebih tinggi dari impor barang. Impor naik sebesar 21 persen, sedangkan ekspor hanya naik 7 persen.

"Akibatnya, untuk pertama kali dalam sejarah, Indonesia mengalami defisit perdagangan barang walau hanya US$431 juta," ujar Faisal dikutip dari situs pribadinya, Senin (11/2).

Banyak pihak yang menuding kenaikan impor minyak sebagai biang keladi kenaikan defisit perdagangan. Tak heran melihat impor minyak yang tahun lalu yang naik dari US$22,9 miliar menjadi US$29,2 miliar. Akibatnya, defisit minyak naik dari US$12.8 miliar menjadi US$18,4 miliar.

"Meski demikian, minyak ternyata bukan penyabab utama defisit perdagangan barang. Yang menjadi penyebab utama defisit perdagangan barang adalah surplus perdagangan nonmigas yang merosot tajam," jelas dia.

Berdasarkan data BI, surplus perdagangan nonmigas tahun lalu 'terjun bebas' dari US$25,26 miliar menjadi US$11,17 miliar. Hal ini seiring dengan pertumbuhan impor barang yang mencapai 18,8 persen, sedangkan ekspor hanya tumbuh 6,37 persen.

"Perdagangan barang tertolong oleh surplus gas yang naik US$1,3 miliar," ungkap dia.

Kondisi defisit perdagangan barang turut membuat neraca perdagangan Indonesia pada tahun lalu mencatatkan defisit terbesar sepanjang sejarah. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia defisit US$8,57 miliar.


Tulis Komentar