Dunia

Iran Protes ke PBB Terkait Insiden Drone AS

Ilustrasi sidang Dewan Keamanan PBB.

GILANGNEWS.COM - Pemerintah Iran memprotes Amerika Serikat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait insiden pesawat nirawak (drone) yang ditembak jatuh pada Kamis (20/6) kemarin. Iran menyatakan mereka melakukan itu karena dianggap tindakan provokatif dan membahayakan.

"Drone itu melakukan operasi intelijen dan melanggar hukum internasional," kata Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi, seperti dilansir media, Jumat (21/6).

Protes itu disampaikan Ravanchi melalui surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Dewan Keamanan PBB.

Korps Garda Revolusi (IRGC), menyatakan telah menembak jatuh drone pengintai RQ-4 Global Hawk di selatan Provinsi Hormozgan, tepatnya di dekat distrik Kouhmobarak.

Melalui situsnya, IRGC menyatakan drone itu ditembak karena telah memasuki wilayah udara Iran.

Pesawat tak berawak itu mampu beroperasi selama 30 jam lebih untuk mengumpulkan gambar citra satelit dengan resolusi tinggi dalam setiap keadaan cuaca.

"Meskipun Republik Islam Iran tidak ingin berperang, kami tetap berhak mengambil langkah apapun terhadap sikap berbahaya yang melanggar wilayah kedaulatan kami. Ini bukan pertama kalinya Amerika Serikat bersikap provokatif terhadap wilayah kedaulatan Iran," kata Ravanchi.

Ketegangan antara Iran dan AS terus memanas dalam beberapa bulan terakhir terutama setelah insiden sabotase dua kapal tanker Arab Saudi di Teluk Oman pada pekan lalu dan empat kapal tanker Saudi di perairan lepas Uni Emirat Arab pada 12 Mei lalu.

AS dan sekutunya di Timur Tengah, Saudi, menyalahkan Iran atas kedua insiden tersebut. Teheran membantah telah bertanggung jawab atas sabotase itu.

Sejak ketegangan kedua negara memanas, AS telah mengirim pasukan tambahan, termasuk kapal induk dan dua pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah.

Meski begitu, Trump menegaskan Negeri Paman Sam tak berniat untuk berperang dengan Iran.

Namun, pengkritik Trump menilai kebijakan kerasnya terhadap Iran seperti penjatuhan sanksi, pengabaian perjanjian nuklir, hingga pengerahan pasukan tambahan ke Timur Tengah, membuat peluang perang di antara keduanya semakin besar.


Tulis Komentar