Nasional

Jalan Mulus Kevin/Marcus Menuju Singgasana Kejuaraan Dunia

Jalan mulus Kevin/Marcus menuju singgasana dunia.

GILANGNEWS.COM - Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon kembali berteriak sambil merentangkan tangan di pengujung final Japan Open. Sebuah pemandangan yang familiar, kegembiraan yang terulang.

Kevin/Marcus berhasil jadi juara di Japan Open 2019 setelah menaklukkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Sepekan sebelumnya, pemandangan nyaris serupa tersaji di Indonesia Open. Saat itu, Kevin/Marcus jadi yang terbaik dengan mengalahkan Ahsan/Hendra di partai puncak.

Dua trofi juara di dua turnamen beruntun membuat Kevin/Marcus kembali menyandang status sebagai ganda putra yang paling sulit dikalahkan di dunia saat ini.


Meski terus duduk di posisi nomor satu dunia, Kevin/Marcus sempat mengalami periode buruk setelah menang di dua turnamen, Malaysia Masters dan Indonesia Masters, pada awal tahun 2019. Usai start bagus di dua turnamen tersebut, Kevin/Marcus gagal jadi juara di empat turnamen beruntun, yaitu All England, Malaysia Open, Singapore Open, dan Kejuaraan Asia.

Gagal jadi juara di empat turnamen beruntun sejatinya adalah hal biasa, namun jadi luar biasa ketika menyangkut nama 'Minions'. Dunia sudah terbiasa dengan Minions yang dominan sehingga kegagalan Kevin/Marcus di empat turnamen tersebut dianggap pertanda mereka mulai mudah dijinakkan.

Selain kalah mengejutkan di babak pertama All England, hasil Kevin/Marcus sebenarnya tidak terlalu buruk. Mereka kalah di perempat final Malaysia, semifinal Singapore Open, dan runner up Kejuaraan Asia. Namun hasil selain juara jadi seolah tak berarti jika itu menyangkut nama Kevin/Marcus.

Penampilan Kevin/Marcus mulai menunjukkan kebangkitan di ajang Piala Thomas. Mereka mampu mengemban tanggung jawab saat diturunkan sebagai wakil ganda putra. Hal positif itu kemudian berhasil dibawa Kevin/Marcus saat kembali terjun mengikuti kompetisi perorangan, mulai dari Indonesia hingga di Jepang.

Berharap Tren Menurun Sudah Berlalu

Nama Kevin/Marcus benar-benar mencuri perhatian di musim turnamen 2017. Saat Indonesia kehilangan sosok duet andalan Ahsan/Hendra, Kevin/Marcus langsung bisa menjawab tantangan untuk jadi penerus generasi berikutnya dengan sangat baik.

Usai mengawali musim dengan gelar All England, Kevin/Marcus kemudian layak diberi gelar raja turnamen karena mampu memenangkan tujuh gelar dalam satu musim.

Ketika Kejuaraan Dunia 2017 berlangsung, nama Kevin/Marcus juga diharapkan bisa jadi juara seiring penampilan mereka yang tengah menanjak. Namun langkah Kevin/Marcus yang saat itu jadi unggulan ketiga terhenti di babak perempat final.

Setahun berselang,Kevin/Marcus kembali menegaskan status mereka sebagai raja turnamen. Sembilan gelar juara mereka raih, termasuk medali emas Asian Games. Namun, gelar juara dunia kembali lepas dari tangkapan mereka.

Dalam tren dua tahun performa Kevin/Marcus, Minions selalu mengalami tren menurun di pertengahan tahun meskipun secara keseluruhan jadi pebulutangkis paling konsisten di nomor ganda putra dalam perolehan gelar.

Pada tahun lalu, penampilan Minions di pertengahan tahun sejatinya jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Minions bisa juara di Indonesia Open dan Asian Games, dua turnamen yang mengapit Kejuaraan Dunia.

Menilik tren tersebut, ada harapan bahwa tren menurun Minions sudah lebih dulu muncul di tahun ini, tepatnya dalam periode empat turnamen yang gagal mereka menangkan.

Dengan demikian, Minions kini telah menapak jalan untuk kembali bangkit menuju level terbaik performa mereka. Dua gelar di Indonesia dan Jepang jadi bukti bahwa Minions ada di arah yang benar dalam persiapan menuju Kejuaraan Dunia 2019, 19-25 Agustus mendatang.

Tekanan dari Dalam

Dalam dua perjalanan di Kejuaraan Dunia, terutama di edisi tahun lalu, Kevin/Marcus berjalan dengan tekanan besar. Kemenangan di Kejuaraan Dunia dianggap lumrah dan sudah sepantasnya bagi mereka. Sedangkan kekalahan bakal menjadi porsi yang lebih mengejutkan.

Tekanan seperti itu yang kemudian membuat Kevin/Marcus selalu tergelincir di dua kesempatan yang ada.

Pada kesempatan di tahun ini, ada tekanan lain yang justru bisa membuat Kevin/Marcus menarik keluar level terbaik dari kemampuan mereka. Tekanan itu adalah munculnya ganda putra Indonesia lain di papan atas, yaitu kembalinya Ahsan/Hendra ke level terbaik dan munculnya Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto ke level elite.

Terbukti, dari tiga dari empat final yang dimenangkan oleh Kevin/Marcus terjadi dalam All Indonesian Final.

Dengan kebangkitan nomor ganda putra Indonesia, Kevin/Marcus tidak akan lagi terbebani oleh harapan sebagai satu-satunya andalan di nomor ganda putra. Alih-alih berpikir mengusung beban mengharumkan Indonesia, Kevin/Marcus bakal sibuk memikirkan strategi untuk mengalahkan lawan-lawan, termasuk Ahsan/Hendra dan Fajar/Rian yang merupakan kawan dalam agenda latihan harian.

Di dua turnamen terakhir yang dimenangkan Kevin/Marcus, Indonesia Open dan Japan Open, Kevin/Marcus terbukti bisa menyingkirkan berbagai kesulitan yang ada di depan mereka. Kevin/Marcus tampil enerjik dan cepat, sangat sulit diimbangi dalam kecepatan adu pukulan.

Satu hal yang harus diperhatikan adalah mind games dan psywar yang sering dipraktekkan oleh Kevin/Marcus. Menonjolkan hal tersebut sah-sah saja lantaran ada wasit yang memimpin pertandingan, namun Kevin/Marcus harus tetap bisa menjaga fokus dan tak terbawa psywar yang mereka mulai sendiri.

Kevin/Marcus adalah pemain terdekat dari singgasana, namun ganda-ganda lain berjarak tak jauh dari mereka. Semua mengintai dan mengharapkan kelemahan dan kelengahan yang bisa dijadikan kesempatan

Jika Kevin/Marcus bisa tampil pada level yang mereka tunjukkan dalam dua pekan ke belakang, singgasana juara Kejuaraan Dunia kali ini bisa mereka dapatkan.


Tulis Komentar