Nasional

TNI telah Menyiapkan Pasukan Khusus Untuk serbu kelompok Abu Sayyaf

Abu Sayyaf
Gilangnews.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah menyiapkan pasukan khusus dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Hal ini jika sewaku-waktu pemerintah Filipina meminta bantuan dalam upaya pembebasan Warga Negara Indonesia (WNI) disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun, pengerahan pasukan ini akan dilakukan bila sudah ada koordinasi dan kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Filipina.
 
"Panglima TNI telah menyiapkan pasukan, jadi kalau diperlukan kapanpun kami siap," tegas Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman.
 
Saat ini pasukan militer Filipina, dibantu oleh Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) sedang melakukan upaya pembebasan sandera. Empat kelompok Abu Sayyaf tewas dalam pertempuran dengan MNLF di Sulu, Filipina. Salah satunya disebut sebagai seorang pemimpin senior kelompok bersenjata tersebut.
 
"Di sana sekarang sedang ada upaya besar-besaran dari tentara Filipina, mereka sudah bisa melumpuhkan beberapa dari anggota Abu Sayyaf. Kita berusaha mengikuti perkembangan mereka," beber Tatang.
 
Namun, kata Tatang, hingga saat ini, pemerintah Filipina belum juga meminta bantuan. TNI akan langsung bergerak jika negara berjuluk lumbung padi ini meminta bantuan dalam upaya pembebasan sandera. Pasukan-pasukan khusus TNI sudah disiagakan dan siap bertugas ketika mendapat perintah.
 
"Sampai sekarang belum ada (permintaan). TNI pada prinsipnya siap. Seandainya diperlukan kita sudah siap," tegas jenderal bintang dua ini.
 
Diketahui, TNI AD memiliki pasukan khusus, seperti Kopassus dan Kostrad. Pada kasus-kasus khusus seperti penanggulangan teror, Kopassus memiliki pasukan elite, Detasemen Sat-81. Kostrad juga memiliki satuan Intai Tempur (Taipur).
 
Sementara itu, TNI AL memiliki Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) gabungan dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Taifib (Batalion Intai Amfibi) Korps Marinir.
 
Kemudian dari TNI AU, ada Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU yang juga memiliki pasukan elite Detasemen Bravo (Denbravo) 90. Kemampuan satu anggota Denbravo setara dengan 5 orang anggota TNI biasa.
 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menyatakan, TNI AD siap kapan saja untuk membebaskan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
 
"Saya sudah siap pasukan manakala diperintahkan ke sana. Jika sudah mendapat perintah, TNI AD akan segera meluncur dan menyerang kelompok penyandera," tegas Mulyono.
 
Jenderal bintang empat ini mengatakan, TNI AD memiliki pasukan Kopasus, Kostrad dan PPRC (pasukan pemukul reaksi cepat) yang selalu siap setiap saat. Semuanya dalam posisi siap jalan tetapi menunggu perintah dari atasan.
 
"Soal seperti apa konsep membebaskan sandera, saya tidak bisa jawab, itu karena itu bukan kewenangan saya. Tugas saya adalah hanya menyiapkan pasukan," jelasnya.
 
Mulyono juga mengaku dari TNI AD sudah menyiapkan dua batalion khusus untuk pembebasan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Satu batalion terdiri atas 700-1.000 prajurit.
 
"Saya sudah melatih, saya sudah menyiapkan calon. Nah tinggal tunggu perintah Panglima TNI, kalau disuruh diberangkatkan saya siap berangkatkan," ujar dia.
 
Di tempat terpisah, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan, pemerintah Indonesia tidak akan membayar uang tebusan yang diminta oleh kelompok Abu Sayyaf terhadap para Anak Buah Kapak (ABK) disandera. Meski telah lewat dari batas waktu yang telah ditetapkan, yakni 15 Agustus 2016, sebagai batas waktu pemerintah Indonesia untuk membayar tebusan sebesar 200 juta Peso atau sekitar Rp 61 - Rp 65 miliar.
 
"Ya buktinya tidak ada apa-apa. Pemerintah tidak akan mau membayar. Ya saya harap perusahaan (tempat ABK bekerja) juga sama seperti pemerintah. Kalau tidak bayar ya tidak bayar. Kita bukan bangsa kambing atau bangsa sapi yang diperah terus," tegas Gatot.
 
Jenderal bintang empat ini memaparkan, saat ini dari 7 orang WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, masih ada 5 orang lagi yang masih dalam penyanderaan. Gatot menegaskan pemerintah Indonesia akan memberi kesempatan kepada pemerintah Filipina untuk mencoba membebaskan para ABK yang disandera.
 
"Saya tidak pernah menyarankan gencatan senjata. Pemerintah Indonesia, memberikan kesempatan kepada militer Filipina untuk mencoba membebaskan para sandera. Tentang gimana-gimananya (mekanisme) Menlu yang lebih pantas menyampaikan," kata dia.
 
Lebih jauh, Gatot yakin militer Filipina dapat membebaskan WN Indonesia yang disandera dalam keadaan selamat. Karena keselamatan Warga Negara Indonesia menjadi prioritas.
 
"Saya punya keyakinan. Dengan kepemimpinan (militer Filipina) yang sekarang, (mereka) pasti mampu," pungkasnya.
 
[P]
 
Sumber Merdeka.com


Tulis Komentar