Riau

Ternyata Hujan Buatan Berhasil Karena Kombinasi Garam dan Kapur Tohor

Koordinator Satuan Tugas (Satgas) Udara Jajang Setiawan

GILANGNEWS.COM - Kegiatan pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dalam menciptakan hujan buatan untuk penanganan siaga darurat bencana asap kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, saat ini menjadi pilihan utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama satgas udara.

Dibanding giat water bombing (WB), TMC dinilai lebih menghasilkan harapan masyarakat banyak, dan mampu menghilangkan asap yang hampir dua bulan menyelimuti provinsi Riau, dan dampaknya sangat merugikan banyak pihak.

Tidak hanya perekonomian masyarakat, akan tetapi pendidikan, kesehatan pun masuk dalam ancaman penyakit kanker, ISPA dampak asap (smoke) karhutla yang membuat seluruh satgas, baik darat, terlebih udara terus meningkatkan dan berfikir bagaimana pencegahan dan penanganan nya dapat terus dilakukan, dan berfikir bagaimana bisa mencipta hujan buatan untuk memadamkan kobaran api dilahan gambut Riau.

Koordinator Satuan Tugas (Satgas) Udara Jajang Setiawan, Kamis (26/9) mengatakan bahwa, memaksimalkan TMC dalam kondisi sekarang menjadi pilihan utama. "Jadi bantu saya untuk dapat memaksimalkan pembuatan hujan buatan lewat TMC ini, karena dengan kondisi saat ini, 1000 WB pun dikerahkan tidak akan bisa maksimal (memadamkan api), yang ada hanya membuat negara rugi," ungkap Jajang.

Terang saja, upaya untuk TMC ini mendapat dukungan penuh dari pusat. Tentunya dari koordinasi Danlanud Roesmin Nurjadin kepada KASAU dan juga Panglima TNI, dan juga pihak-pihak terkait merespon usulan satgas dengan baik. Dukungan itu dengan datangnya pesawat TMC Cassa dan Hercules.

Namun, saat ini, dalam membuat hujan buatan lewat TMC ini, tidak seperti biasa. Jika sebelumnya hanya melakukan semai garam untuk dapat membentuk awan hujan, kini karena upaya itu tidak berhasil setelah berulang kali dilakukan, maka ada penambahan zat baru, yakni mencampurnya dengan kapur tohor (garam dan kapur tohor).

Disebutkan Jajang, bahwa untuk TMC dengan mengkombinasikan antara garam dan kapur ini mulai dilakukan pada Senin (23/9) pagi. Dan kapur ini baru sampai di markas Lanud Ahad (22/9). Alhasil, pagi di tabur garam dan kapur ini, dan sorenya hampir rata Riau diguyur hujan.

"Alhamdulillah, ini semua karena keyakinan dan kuasa Allah SWT. Usaha kita di ridhai Nya," begitu kata Jajang.

Dan sampai Rabu (25/8) kemarin, curah hujan masih mengguyur sejumlah daerah, termasuk Pekanbaru. Artinya, selama tiga hari berturut-turut sejumlah wilayah sudah diguyur hujan. Berharap terus dapat memadamkan api, dan menghilangkan asap yang berbahaya bagi kesehatan.

"Memang tidak mudah terbang, karena untuk terbang menembus asap yang pekat dengan jarak yang minim itu sulit," ujarnya lagi.

Sebanyak 10 ton kapur tohor didatangkan Mabes AU ke Lanud RSN lewat darat. Teknisnya, dalam pembuatan hujan buatan ini, kapur disemai terlebih dahulu dalam pembentukan penguapan dan membentuk awan konvektif, dan untuk penguatan yang dapat menjadikan hujan, maka ditambah dengan semai garam. Semai ini menggunakan Hercules.

"Hampir 60 persen wilayah Riau hujan saat hari Senin itu," ujar Jajang.

Untuk semai garam dan kapur itu sejak Senin hingga kamis menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU, dengan fokus semai di atas wilayah Inhul, Inhil, Pelalawan, Siak, Kepulauan Meranti, dan Bengkalis. Kapur  tohor (CaO) 1.500 kilogram dan garam (NaCl) 2.500 kilogram.

Dan semai dua zat ini akan terus dilakukan, dengan waktu semainya dilakukan pada pagi hari. "Semoga udara terus membaik," harapnya.


Tulis Komentar