x
Ahli: Tanpa PSBB Ketat, RS Akan Terus Kebanjiran Kasus
Rumah sakit rujukan Covid-19 di sejumlah daerah telah terisi penuh akibat lonjakan kasus. (ANTARA FOTO/FAUZAN)

Ahli: Tanpa PSBB Ketat, RS Akan Terus Kebanjiran Kasus

Sabtu, 26 Juni 2021 - 11:10:55 wib | Di Baca : 831 Kali

GILANGNEWS.COM - Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menilai lonjakan pandemi Covid-19 dalam satu pekan terakhir, yang kemudian mengakibatkan rumah sakit rujukan di sejumlah daerah dengan cepat terisi penuh, adalah imbas keengganan pemerintah membatasi pergerakan masyarakat secara ketat.

Ia juga menyoroti strategi 3T (testing, tracing, dan treatment) yang tidak dilakukan maksimal, serta pemerintah yang tak menggubris seruan kembali ke kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Loading...

Windhu mengkhawatirkan kondisi ini dapat menyebabkan banyak tenaga kesehatan terpapar Covid-19 dan bisa berujung pada meningkatnya angka kematian nakes.  

"RS kan hilir ya. Banjir dari hulu yang terus mengalir penularannya. Kapasitas RS mau dibesarkan seberapa pun tidak akan pernah bisa menampung penularan di hulu. Kebijakan kita sekarang ini salah, karena tidak memberlakukan PSBB ketat," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (26/6).

Windhu kemudian menyebut Covid-19 di Indonesia akan menjadi lingkaran setan apabila tidak ada pembatasan mobilitas secara ketat, sebab penularan virus corona sangat erat kaitannya dengan pergerakan warga.

Ia menilai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (Mikro) terbukti tidak efektif dalam menurunkan kasus pasca-lebaran.

Windhu mengatakan, apabila pemerintah masih sangsi menerapkan PSBB lantaran memperhitungkan aspek sosial-ekonomi, maka ia mengajak pemerintah berandai bahwa pengeluaran negara akan semakin besar lagi apabila pandemi Covid-19 tak terkendali dan tidak tahu ujung selesainya.

"Jadi ini semua seperti lingkaran setan, tidak tahu kapan berakhirnya. Dan semestinya negara menjamin keselamatan warga, karena kalau seperti ini terus kematian bisa meningkat," kata dia.

Lebih lanjut, Windhu mengatakan bahwa lonjakan-lonjakan yang terjadi belakangan ini dan kemudian menyebabkan faskes dan nakes tumbang lantaran kebijakan pemerintah sedari awal memang tidak serius.

Ia menyebutkan, pada periode Maret-Mei kasus covid-19 di Indonesia memang mengalami stagnasi, tapi seharusnya pemerintah segera melakukan pembatasan ketat menyambut libur panjang lebaran yang berpotensi meningkatkan kasus. 

Meski ada larangan mudik, namun menurutnya ada saja relaksasi mobilitas, seperti mudik aglomerasi hingga wisata tetap dibuka.

"Jadi ini sebenarnya akumulasi dari ulah kita sendiri, ulah pembuat kebijakan itu," ungkapnya.

Belakangan ini, BOR di sejumlah RS nyaris mencapai 100 persen. Beberapa daerah bahkan terpaksa membuat tenda di luar rumah sakit untuk merawat pasien covid-19. 

Pemerintah pun telah meminta seluruh Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit DKI Jakarta diubah menjadi ruang perawatan isolasi covid-19 sepenuhnya. Kemudian di Jawa Barat, dari 326 RS rujukan mereka, 97 diantaranya diketahui telah mencapai BOR 100 persen, dan 10 lainnya mencapai BOR di atas 100 persen.

Sementara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mencatat kasus kematian dokter terpapar virus corona mengalami peningkatan di Juni 2021. Belum genap sebulan, IDI mencatat sebanyak 24 dokter dinyatakan meninggal dunia.

Sementara apabila dilihat dari grafik penambahan kematian dokter akibat covid-19 per bulannya, maka kematian di Juni 2021 empat kali lipat dari kematian dokter di Mei 2021 yang berjumlah enam orang.

 


Sumber : CNN Indonesia
Editor :









Baca Juga Topik #Peristiwa
Loading...

Ikuti Terus GilangNews Melalui Sosial Media


GilangNews




BERITA TERKAIT
TUILIS  KOMENTAR
Loading...
BERITA SEBELUMNYA