Keberlangsungan Industri Fesyen di New York Terancam 'Punah'

Jumat, 07 Februari 2020

Ilustrasi. Kurangnya dukungan dari pemerintah membuat keberlangsungan industri fesyen di Garment District, New York, Amerika Serikat, terancam punah.

GILANGNEWS.COM - Era 1950-an jadi 'zaman emas' bagi industri fesyen dan garmen di New York, Amerika Serikat. Kala itu, ratusan ribu orang bekerja di industri ini.

Saking populernya, sebuah distrik bahkan dikenal dengan sebutan Garment District. Nama terakhir merupakan sebuah area seluas kurang dari 2,6 kilometer persegi yang terletak di antara Fifth Avenue dan Ninth Avenue.

Area ini adalah rumah bagi seluruh jalur industri garmen dari hulu hingga hilir. Mulai dari studio desain, pabrik kain hingga kancing, showroom, kantor pemasaran, serta beberapa rumah mode besar juga berlokasi di sini.

Sayang, seiring berjalannya waktu, kini keberlangsungan mereka terancam 'punah'. Jumlah pelaku industri garmen dan fesyen menurun. Mereka memilih memindahkan kegiatan operasionalnya ke kota-kota kiblat mode dunia seperti Milan, London, dan Paris. Di kota-kota itu, dukungan dari pemerintah dirasa sangat besar.

Mengutip media, New York telah kehilangan 95 persen tenaga kerja industri garmen sejak era 1950-an. Kondisi ini disayangkan oleh banyak orang.

Penyebabnya, kenaikan tarif sewa yang sangat tinggi dan kurangnya dukungan dari pemerintah. Menurut Aliansi Distrik Garmen, hingga kini diperkirakan masih ada sekitar 400 perusahaan yang memproduksi pakaian dan mempekerjakan sekitar 5ribu orang.

"Saya melihat banyak bisnis yang tutup di tahun ini dan tahun lalu. Sekali Anda melihat beberapa dari mereka tutup, muncul efek domino," ujar Gabriella Ferrara, pemilik perusahaan Ferrara Manufacturing. Perusahaan ini memiliki jaringan dan bisnis yang luas, dari produksi bahan kustomisasi hingga desain berbasis teknologi canggih seperti sensor pindai tubuh tiga dimensi.

Ferrara sendiri mengaku tak tahu solusi yang tepat untuk mengatasi penurunan kuantitas industri garmen di New York. "Yang pasti, kami berada di poin kritis di sejarah area [Garmen District, New York] ini," lanjutnya.

Senada, Ketua Dewan Kota New York, Corey Johnson mengatakan, distrik tersebut adalah bagian penting dari ekonomi kota dan merupakan pendorong ekonomi serta jangkar budaya di New York.

Sementara itu, Ketua Wilayah Manhattan, Gale Brewer mengatakan, keberlangsungan area ini sangat lah penting. Apalagi jika mengingat industri garmen yang penuh dengan orang-orang terlatih dan menawarkan pekerjaan bergaji tinggi.

"Banyak pekerja di sini sangat terampil. Pemberi kerja sering kali dapat membayar hingga US$40 [sekitar Rp 540 ribu] atau lebih per jam. Kami tidak dapat kehilangan para penjahit dan produsen ini. Mereka sangat unik," katanya kepada wartawan.

Sebelumnya, Wali Kota New York, Bill de Blasio bahkan menghapus aturan perzonaan yang memaksa setiap rumah untuk menyediakan area khusus manufaktur pakaian pada 2018 lalu. Baru-baru ini juga pemerintah berinvestasi jutaan dolar untuk membangun komplek industri garmen di Brooklyn, jauh dari pusat kota Manhattan.

Tindakan ini juga yang memicu Brewer dan Johnson untuk meminta pemerintah kota New York memberikan keringanan pajak bagi para pemilik rumah yang menyewakan tempatnya untuk produsen pakaian.

Ferrara sendiri kini memiliki 75 orang penjahit pakaian dalam tiga minggu sebelum New York Fashion Week 2020 pertama yang dimulai pada Jumat (7/1). Meski sedikit pesimistis, Ferrara hanya bisa menunggu dan melihat apakah solusi pendanaan itu akan berhasil atau tidak.

"Saya tidak melihat bahwa rencana ini akan berhasil," pungkasnya.