Tibet Tuntut China Kembalikan Panchen Lama yang Diculik Sejak Usia 6 Tahun

Selasa, 19 Mei 2020

GILANGNEWS.COM - Pemerintah Tibet Pusat yang berada dalam eksil di India menuntut Cina menjelaskan nasib Panchen Lama ke11 yang "dihilangkan" sejak usia enam tahun. Dilahirkan pada 1989, Gendün Chökyi Nyima saat ini hidup di bawah "perlindungan" pemerintah Cina di sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Sebagai Panchen Lama, Gendün memiliki otoritas spiritual buat menunjuk penerus Dalai Lama yang saat ini sudah memasuki usia 84 tahun.

"Menghilangnya Panchen Lama tidak hanya menjadi ketidakadilan bagi seorang individu, tetapi juga bagi enam juta warga Buddhis Tibet dan hak mereka atas kebebasan beragama," tulis parlemen Tibet atau Kashag.

"Jika klaim Cina bahwa warga Tibet menikmati kebebasan beragama adalah benar, maka Cina harus menyediakan informasi yang akurat tentang kondisi dan keberadaan Panchen Lama ke11," begitu bunyi surat pernyataan tersebut.

Hilang sejak usia enam tahun

Panchen Lama adalah otoritas keagamaan tertinggi ke dua di Tibet, setelah Dalai Lama. Pada sosoknya kelangsungan tradisi kuno Buddhisme di Tibet bergantung.

Pada hari ketika Panchen Lama ke10 meninggal dunia di tahun 1989, Dalai Lama dari pengasingan di India memerintahkan biksu dari kuil Tashi Lhunpo berkeliling negeri mencari reinkarnasinya.

Para biksu itu menemukan seorang balita bernama Gendün Chökyi Nyima sebagai penerus mendiang Panchen Lama. Buntutnya Gendün dan keluarganya dipanggil kepolisian Cina. Tiga hari kemudian mereka menghilang.

Pemerintah di Beijing mengklaim keluarga Gendün ingin hidup tenang dan sebabnya minta dilindungi. Organisasi HAM menyebut sang bocah sebagai tahanan politik paling muda di dunia.

Pada saat yang bersamaan Cina mensponsori seremoni pemilihan Panchen Lama versinya sendiri. Dikhawatirkan, dengan cara itu Beijing kelak akan bisa ikut menentukan sosok pengganti Dalai Lama dan memperkuat pengaruhnya terhadap Tibet untuk beberapa generasi ke depan.

Dalam sebuah kesempatan langka 2015 silam, seorang pejabat Tibet pro-Beijing membocorkan bahwa "Panchen Lama ke11 versi Tibet hidup sehat, menikmati pendidikannya dan tidak ingin diganggu," kata dia.

Politik kontra separatisme di jantung spiritual Tibet

Disrupsi oleh Cina terhadap proses pemilihan otoritas keagamaan tertinggi di Tibet bukan kali pertama terjadi. Panchen Lama ke10, Choekyi Gyaltsen, misalnya oleh Beijing ditunjuk sebagai Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional pada 1960. Ketika Dalai Lama melarikan diri ke India, Choekyi di hadapan publik menyatakan dukungan terhadap sikap pemerintah Cina.

Dalam tindak tanduknya, Cina membatasi ruang gerak petinggi agama Buddha Tibet, klaim Human Rights Watch baru-baru ini. Kebebasan mereka tidak hanya "dibatasi," para lama itu juga menjadi "sandera" dalam propaganda pemerintah yang "secara ironis diniatkan untuk menunjukkan sikap pemerintah melindungi kebebasan beragama bagi warga Tibet."

Termasuk pembatasan hak yang dilakukan pemerintah di Beijing adalah melarang pelajaran agama bagi murid sekolah dan kegiatan keagamaan buat pegawai pemerintah, bahkan setelah pensiun.

Selain intervensi di lembaga keagamaan tertinggi, pemerintah Cina juga menggunakan arus migrasi bangsa Han ke Tibet untuk memperkuat klaim teritorialnya. Sejak kerusuhan berdarah pada 2008, ibu kota Lhasa berada di bawah pengawasan ketat aparat keamanan Cina.

Beijing sejauh ini tidak pernah bersedia membeberkan keberadaan Gendün Nyima dan keluarganya.

Gendün yang saat ini berusia 31 tahun memikul masa depan Buddhisme di Tibet. Keberadaannya semakin krusial, mengingat usia Dalai Lama yang sudah tergolong sudah uzur.