Menyangkut Harga Diri Syamsuar, Golkar Harus Menang di Pilkada Siak

Ahad, 21 Juni 2020

Ketua Golkar Riau, Syamsuar.

GILANGNEWS.COM - Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD I Golkar Riau, Ikhsan, mengatakan bahwa dari 9 daerah yang akan menggelar Pilkada di Riau, pihaknya memberi perhatian lebih pada Pilkada Kabupaten Siak. Tempat dimana Syamsuar pernah dua periode jadi bupati itu Golkar harus menang.

Kepada wartawan Ikhsan mengatakan, partainya optimis akan memenangkan Pilkada Siak. Pertimbangannya, di Siak Golkar memiliki suara cukup signifikan. Hasil Pemilu lalu Golkar berhasil mendulang 8 kursi untuk parlemen. Perolehan suara tersebut sudah cukup bagi Golkar mengusung sendiri pasangan calon bupati dan wakil bupati.

Selain itu, sosok Syamsuar sebagai Ketua DPD Golkar dan juga gubernur Riau, akan memberi pengaruh terhadap perolehan suara partainya pada Pilkada Siak yang akan dihelat 9 Desember tersebut.

"Ketua kita (Syamsuar) berasal dari Siak. Beliau dua periode jadi bupati disana. Di Siak ini merupakan basis beliau, ada historis disana. Jadi tentu ini jadi semacam harga diri dan marwah beliau. Bahwa memang Siak adalah basis beliau, jadi calon Golkar di Siak wajib menang," kata Ikhsan.

Disinggung mengenai kandidat yang akan diusung partai berlambang pohon beringin rindang itu, Ikhsan mengatakan masih dalam proses finalisasi. Ia belum bisa menyebarkan secara luas, walaupun saat ini sudah disebut-sebut Golkar akan mengusung Kadishub Siak Said Arif Fadillah.

"Masih finalisasi, karena memang kita ingin koalisi dengan beberapa partai. Mudah-mudahan PDI-P, Gerindra dan Demokrat ini bisa gabung ke kita juga," katanya.

"Kan head to head lebih bagus, karena memang kalau lawan petahana (Alfedri) harus head to head. Kalau ditanya kenapa ingin head to head padahal sebelumnya berkoalisi, ya ini kan politik. Kadang bisa jadi kawan kadang bisa jadi lawan. Yang penting silaturahminya nggak rusak," kata Ikhsan lagi.

Kontestasi Pilkada ini, lanjut Ikhsan, sebagai upaya dari anak negeri yang ingin membangun bangsa. Maka jika ada kesamaan politik atau perbedaan politik masa lalu, itu merupakan hal biasa.

"Itu kan hal biasa dalam politik. Bahkan kita bisa lihat di nasional, sewaktu Pilpres pak Jokowi dan Prabowo rival. Tapi setelah selesai kan pak Jokowi membawa pak Prabowo jadi menteri. Jadi bagi kami di Golkar itu hal biasa," ujarnya.