Satgas Covid-19 Kembali Paparkan Tahap Produksi Vaksin

Ahad, 25 Oktober 2020

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Satgas Penanganan Covid-19 berharap masyarakat tidak berspekulasi terkait uji klinis dan informasi harga vaksin Covid-19. Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara #SatgasCovid19 Wiku Adisasmito memastikan informasi pemerintah akan disampaikan secara akurat.

"Jadi pemberitahuan aspek vaksinasi yang bersinggungan dengan masyarakat akan didiseminasikan secara transparan, secara bertahap, sehingga jika belum diumumkan secara gamblang oleh pemerintah, maka hal tersebut masih dalam tahap perumusan. Kami ingin memastikan bahwa informasi publik yang disampaikan itu betul-betul akurat," ujar Wiku dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19, Kamis (22/10).

Wiku menyampaikan pemerintah masih menyelesaikan tahapan pengembangan uji klinis fase 3 yang dilakukan di Universitas Padjajaran di Bandung, Jawa Barat. Penelitian vaksin melewati beberapa tahapan yang harus dilalui.

Tahap pertama ialah melakukan penelitian dasar. Di tahap ini ilmuwan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu sains dan biomedis.
Penelitian ini dilakukan dengan mendalami perihal virus, sel-sel terkait virus, sel-sel yang diinfeksi virus tersebut, kemudian diperbanyak.

Sel-sel yang diperbanyak ini kemudian diteliti dan dilihat bagaimana reaksinya. Selanjutnya virus diekstraksi dalam jumlah yang lebih banyak.

"Dalam tahap ini, biasanya sudah mulai membuat vaksin dalam jumlah yang terbatas," lanjutnya.

Tahap kedua ialah uji praklinik. Tahap ini memastikan bahwa vaksin yang dibuat diuji terhadap sel, dilanjutkan dengan hewan percobaan atau sering disebut studi in vitro dan in vivo. Tujuannya untuk mengetahui keamanan vaksin sebelum diujicoba kepada manusia.

"Proses ini kita ingin memastikan bahwa sel-sel atau badan sel yang dimatikan dari virus ini diambil dan dimodifikasi supaya bisa menjadi bahan vaksin yang tepat sebelum diuji pada uji praklinis," kata Wiku.

Setelah uji praklinik berhasil, maka dilanjutkan uji klinis fase 1. Para ilmuwan memastikan sampel vaksin minimal 100 unit, dan diujicoba pada manusia untuk memastikan keamanan, rentang dosis, dan menilai farmakokinetik serta farmakodinamik.

Selanjutnya masuk uji klinis fase 2. Fase ini menggunakan sampel vaksin antara 100 sampai dengan 500 orang. Para ilmuwan menilai dan memastikan bahwa keamanan pada manusia dapat tercapai dan menilai efektivitas vaksin. Mereka juga menentukan kembali rentang dosis optimalnya, frekuensi pemberian dosis paling optimal, dan menilai efek samping jangka pendek.

Setelah itu masuk uji klinis fase 3, fase ini melibatkan sampel minimal 1.000 - 5.000 orang untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan manfaat yang didapatkan melebihi risiko pada penggunaan populasi yang lebih besar.

"Apabila fase 3 ini tuntas dan hasilnya memuaskan. Maka akan masuk fase berikutnya, yaitu fase persetujuan. Fase persetujuan ini kita pastikan vaksin mendapatkan persetujuan dari lembaga pengawas obat dan makanan serta kesehatan," jelas Wiku.

Apabila semua tahapan tersebut berjalan dengan baik, maka bisa masuk ke tahapan produksi vaksin dalam jumlah yang besar.

Ia memastikan vaksin untuk masyarakat aman dan telah melalui semua proses tersebut. Sejarah perkembangan virus corona sudah ada sejak dekade 1960-an. Sampai saat ini, virus tersebut sudah tercatat sebanyak 7 jenis. Jenis terbaru yang ditemukan adalah jenis virus Sars-Cov2 yang menyebabkan Covid-19.

Saat ini para ahli dan ilmuwan di dunia sedang melakukan riset untuk mencoba mengenali karakteristik virus penyebab Covid-19 yang digunakan sebagai dasar pengembangan vaksin.

Proses pengadaan vaksin di Indonesia sendiri dilakukan melalui tahapan yang kompleks melibatkan berbagai kementerian, lembaga negara, maupun BUMN. Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan peraturan pemerintah yang mengatur pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19.

"Penting untuk diketahui, sampai saat ini belum ada negara di dunia yang sudah memproduksi vaksin Covid-19 secara massal. Indonesia terus melakukan upaya pengadaan vaksin ataupun memproduksi vaksin secara mandiri. Proses pengembangan vaksin maupun vaksinasi perlu dilakukan secara hati-hati, namun tetap tanggap menghadapi perubahan yang sangat dinamis di masa pandemi," jelas Wiku.

Saat ini ada beberapa kandidat vaksin yang sedang dikembangkan pemerintah, termasuk vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Kandidat vaksin hasil kolaborasi  dengan kerjasama pihak luar negeri, diantaranya Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.