Banyak Anak Tidak Sekolah Akibat Pandemi Covid-19, DPR: Indonesia Darurat Pendidikan

Senin, 23 November 2020

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Sembilan bulan sudah pandemi Covid-19 melanda Indonesia, terhitung sejak Maret 2020 lalu. Kondisi ini berdampak buruk terhadap dunia pendidikan. Pasalnya banyak anak yang terpaksa menunda melanjutkan sekolahnya atau memilih berhenti bersekolah. Hingga mengakibatkan Indonesia dilanda darurat pendidikan.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, melalui keterangan tertulis yang diterima. Ditegaskannya, darurat pendidikan yang melanda Indonesia sudah berlangsung selama 4 bulan terakhir.

"Sekarang banyak anak yang tidak disekolahkan oleh orang tuanya baik ke Paud maupun ke SD karena kondisi ekonomi, karena lupa, atau bahkan sengaja karena tidak adanya biaya. Kita mengalami darurat pendidikan. Situasi ini terasa mungkin sekitar empat bulan terakhir ini,” kata Syaiful Huda, Senin (23/11/2020) di Jakarta.

Lebih lanjut politikus PKS ini menuturkan, berdasarkan hasil survei World Bank atau bank dunia, Unesco, dan Unicef, sampai pada masa pandemi COVID-19 ini, alokasi anggaran pendidikan yang secara keseluruhan mencapai Rp 580 triliun, baru tersalurkan sekitar RP 350 trilun atau 60 persen saja.

Anggaran pendidikan tersebut bukan hanya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saja, tetapi juga tersebar di bebrapa kementerian lain.

“Ini supaya menjadi peringatan bagi kita semua. Pertama, betulkah anggaran kita sudah mencapai 20 persen yang nilainya Rp 580 triliun? memang besar sekali, tetapi ini masih mengalami hambatan oleh berbagai persoalan,” katanya.

Artinya, kata Huda, 40 persen dari dana pendidikan tersebut masih bermasalah. Akibat belum optimalnya pengalokasian anggaran pendidikan tersebut menurutnya bisa dirasakan oleh semua institusi pendidikan, baik negeri maupun swasta.

Survei kedua, lanjut dia, soal akses siswa terhadap buku pelajaran yang masih menyisakan 47,4 persen. Hampir 50 persen siswa di tanah air ini belum bisa mengakses buku pelajaran.

“Ini PR (pekerjaan rumah)-nya Bu Sri (Sri Wahyuningsih, Direktur Sekolah Dasar, Dirjend Dikdasmen Kemendikbud). Ini serius ini,” tegas Syaiful Huda.

Survei ketiga, menyangkut soal kesiapan sarana dan prasarana menyangkut perlindungan Covid-19, dimana 51,1 persen sekolah belum bisa mengadakan sarana kebersihan berikut akses Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang layak bagi sekolah.

“Toilet ada tapi masih kurang representatif? ini PR kita bersama Bu Ning, Bu Direktur. Saya ingin hal pokok yang menjadi persoalan isu pendidikan ini diselesaikan,” lanjutnya.

Terkait berbagai persoalan tersebut, kata Syaiful Huda, Komisi X mendorong supaya 20 persen anggaran pendidikan sepenuhnya digunakan untuk pendidikan, tidak untuk kebutuhan yang lain.

“Jadi dari Rp 580 triliun yang diproyeksikan untuk fungsi pendidikan itu, hanya Rp 350 triliun yang tersalurkan atau sisanya sekitar Rp 200 triliun itu mungkin masih digunakan untuk kebutuhan yang lain," tandasnya.