Ilustrasi -- Pasukan anti-Taliban di Lembah Panjshir, Afghanistan (dok. AP Photo)
GILANGNEWS.COM - Bentrokan sengit pecah antara petempur Taliban dengan pasukan oposisi anti-Taliban di wilayah Lembah Panjshir, Afghanistan bagian utara.
Seperti dilansir CNN. Jumat (3/9/2021), sumber dari Front Perlawanan Nasional (NRF) menyebut bentrokan sengit antara personelnya dengan Taliban terjadi pada Kamis (2/9) tengah malam waktu setempat. Sumber itu menyebut bentrokan berlangsung sangat intens.
"Mereka (Taliban-red) menggunakan kekuatan terakhir mereka untuk masuk, tapi bentrokan masih berlangsung," kata sumber NRF tersebut.
Lembah Panjshir yang merupakan area pegunungan yang sulit diakses di sebelah utara Kabul menjadi pertahanan terakhir bagi kelompok anti-Taliban di Afghanistan, dan memiliki riwayat panjang dalam melawan kelompok radikal tersebut.
Bentrokan dan pertempuran sporadis antara Taliban dan NRF berlanjut selama dua pekan sekarang. Taliban mengerahkan petempurnya di dalam dan sekitar Provinsi Panjshir dalam beberapa pekan terakhir. Pada Senin (30/8) lalu, Taliban mengklaim telah merebut tiga distrik di provinsi tersebut.
Pada Kamis (2/9) pagi waktu setempat, juru bicara NRF, Fahim Dashti, dalam pesan audio menyebut Taliban kehilangan 40 petempurnya dalam upaya berkelanjutan untuk memasuki area Lembah Panjshir.
Juru bicara NRF lainnya, Ali Nazary, secara terpisah menyebut Taliban juga kehilangan sejumlah besar perlengkapan berat dan persenjataan yang telah dihancurkan. CNN tidak bisa memverifikasi secara independen jumlah petempur Taliban yang tewas dalam bentrokan itu.
Seorang sumber Taliban membagikan sejumlah video yang disebut menunjukkan momen bentrokan dan situasi setelahnya. Namun lagi-lagi, CNN tidak bisa memverifikasi secara independen lokasi atau kapan video Taliban itu direkam.
Pada Rabu (1/9) waktu setempat, seorang pemimpin senior Taliban menyerukan agar warga Panjshir menerima amnesti dan menghindari pertempuran, namun juga mengakui bahwa perundingan kedua pihak sejauh ini belum membuahkan hasil.
Dia menyebut situasinya 'seharusnya diselesaikan secara damai', tanpa menyinggung soal bentrokan yang terjadi dan korban jiwa yang dipicu bentrokan itu.
"Perundingan ada batasnya. Perang merupakan kelanjutan politik, dan jika kita menghadapi agresi, kita akan dipaksa untuk melawan dan meluncurkan perlawanan untuk membela tanah kita, rakyat dan nilai-nilainya," cetusnya.