35 Kg Bahan Peledak Milik Teroris Ditemukan di Gunung Ciremai, Begini Faktanya

Selasa, 12 Oktober 2021

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Bahan peledak berjenis TATP atau Triacetone Triperoxide seberat 35 kg belum lama ini ditemukan di kawasan gunung Ciremai, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Jumat (1/10/ 2021).

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol. Ahmad Ramadhan mengungkapkan penemuan tersebut berawal dari pengakuan salah seorang tahanan terorisme bernama Imam Mulyana. Ia merupakan pengikut Jaringan Ansharut Daulah (JAD) saat proses deradikalisasi di tahanan.

"Terkait penemuan 35 kg 'TATP' di Gunung Ciremai diawali dari kegiatan deradikalisasi yang dilakukan oleh Densus 88 selama masa penahanan," kata Ramadhan saat ditemui di Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Senin (04/10) malam, melansir Antara Selasa (5/10).

Ditemukan di Desa Bantar Agung, Majalengka

Kepada polisi Imam mengaku jika dirinya masih menyimpan bahan peledak TATP di ketinggian 1.450 mdpl di Blok Cipager, Desa Bantar Agung, Sindangwangi, Majalengka.

Berdasarkan keterangan tersebut, Tim Densus 88 Antiteror Polri bersama Tim Jibom Polda Jawa Barat langsung bergerak dengan mengawal Imam Mulyana untuk mengamankan bahan peledak berjuluk Mother of Satan tersebut yang telah disimpannya selama hampir empat tahun.

"Seluruh tim membelah hutan yang lebat dengan rute yang tidak lazim selama berhari-hari. Tim pada akhirnya menemukan bahan peledak berupa TATP sebanyak 35 kg itu di ketinggian 1.450 MDPL (meter di atas permukaan laut) di sebuah lokasi tersembunyi dan sulit untuk dijangkau, di seputaran Blok Cipager, Desa Bantar Agung, Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat," ungkap Ramadhan.

Disimpan di Dalam Toples, Botol dan Tupperware

Dari kegiatan pencarian di medan sulit tersebut, jajaran tim pengamanan berhasil menemukan sejumlah bahan peledak di dalam beberapa wadah terpisah, sesuai dengan pengakuan Imam Mulyana.

Ramadhan merincikan, bahan peledak tersebut disimpan terpisah di dalam sebuah toples berisi 10 kg TATP murni, botol plastik ukuran 250 ml berisi gotri (besi bulat berukuran kecil), empat Tupperware berisi TATP murni dan C1 dan setengah botol air minum besar berisi TATP dengan kondisi sudah berubah warna.

"Selanjutnya Tim Jibom Brimob Polda Jabar melakukan tindakan pemusnahan (disposal) terhadap salah satu bahan peledak tersebut di sekitar lokasi penemuan. Dari hasil pemusnahan itu diketahui ternyata bahan peledak tersebut masih menghasilkan efek ledakan yang dasyat," beber Ramadhan.

Efek Daya Ledak Masih Dahsyat Setelah Empat Tahun Disimpan

Imam menambahkan, dari kegiatan pemusnahan yang dilakukan di sebuah lahan terbuka. Bahan peledak yang sudah disimpan Imam selama kurang lebih empat tahun tersebut masih menimbulkan efek ledakan yang dahsyat.

Hal tersebut terbukti saat TATP sebanyak 50 gram yang dimusnahkan di atas tanah, menimbulkan lubang dengan diameter sekitar 1 meter dengan kedalaman 20 cm. Bahkan Ramadhan melanjutkan, pemusnahan lainnya dalam jumlah beragam telah menimbulkan getaran hebat, hingga menyebabkan tumpukan batu pecah dan tanah longsor.

“Sebagian sisa TATP saat ini diamankan untuk barang bukti sekitat ¾ botol air mineral ukuran 1.5 liter dan disimpan oleh tim Jibom Brimob Polda Jabar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut," ungkapnya.

Tindak Lanjut dari Tahun 2017

Sebelumnya diketahui, Imam Mulyana ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di sekitar Bandara Cakrabhuwana, Kota Cirebon pada 2017 lalu.

Saat itu Presiden Joko Widodo direncanakan mendarat untuk menghadiri acara penutupan kegiatan Festival Keraton Nusantara (FKN) IX, di Taman Gua Sunyaragi, Kecamatan Kesambi.

Penangkapan Imam sendiri berdasarkan kecurigaan Densus 88 atas gerak gerik seorang pemuda di dekat Bandara Cakrabuana, Cirebon, tiga jam sebelum kedatangan presiden. Ia diketahui hendak merampas senjata dari anggota pengamanan presiden, sekaligus melukainya.

Dari tangan Imam, Densus 88 berhasil mengamankan satu buah koper berisi sangkur, airsoft gun, buku ajakan berjihad, seerta beberapa benda mencurigakan lainnya.

Bom Mematikan

Dalam pemberitaan Liputan6 pada 29 Oktober 2015 lalu disebutkan jika TATP atau bom Mother ff Satan merupakan bahan peledak berdaya tinggi sekaligus mematikan.

TATP sendiri ditemukan pada tahun 1895 oleh ahli kimia dari Jerman, dengan bahan peledak berkategori sensitif dan mematikan. 

Bahkan saking berbahayanya, Federation Aviaton Administration (FAA) atau Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat yang juga regulator penerbangan sipil di tahun 1999 sempat menyatakan jika Mother of Satan sebagai senjata pemusnah massal.

Dan untuk jenis tertentu, TATP tidak pernah digunakan untuk jenis kegiatan militer apapun, karena kerap meledak jika tak sengaja tersentuh.