89 dari 240 Kasus DBD Di Pekanbaru Diderita Anak-anak

Rabu, 19 April 2017

89 Dari 240 Kasus DBD Di Pekanbaru Diderita Anak-Anak

PEKANBARU, GILANGNEWS.com - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat sekitar 35 persen atau 89 dari 240 kasus demam berdarah dengue di Ibu Kota Provinsi Riau tersebut terjadi pada anak-anak.

"Hingga pekan 15 tahun 2017 sudah ada 62 kasus DBD pada anak usia 5 hingga 9 tahun, dan 27 kasus pada anak usia 0 hingga 4 tahun," kata Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Gustianti di Pekanbaru, Rabu.

Ia menjelaskan aktivitas di luar rumah dan di lingkungan yang kurang terjaga menjadi faktor terbesar anak-anak menderita DBD. Data tersebut menunjukkan usia 5-9 tahun merupakan kelompok usia dengan kasus DBD cukup tinggi.

Dia mengatakan kelompok usia tersebut mayoritas merupakan siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah sehingga kecenderungan anak-anak usia sekolah menjadi korban DBD cukup tinggi.

"Dari pemetaan kita, korban DBD memang cenderung anak usia sekolah yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah," ujarnya.

Meski begitu, ia mengatakan tidak tertutup kemungkinan kelompok usia produktif dan dewasa, seperti mahasiswa dan pekerja, terbebas DBD.

Ia mengatakan kelompok usia tersebut juga cukup rentan.

Hingga pekan ke-15 ini, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat 240 kasus DBD atau meningkat 15 kasus dari pekan sebelumnya.

Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah dengan kasus DBD tertinggi di kota "Bertuah" tersebut, mencapai 42 kasus, selanjutnya diikuti Kecamatan Tampan 40 kasus, Marpoyan Damai 35 kasus, Payung Sekaki 26 kasus, Tenayan Raya 23 kasus, dan Rumbai Pesisir 15 kasus.

Di Kecamatan Limapuluh tercatat 12 kasus, Pekanbaru Kota sembilan kasus, Rumbai 15 kasus, Senapelan 13 kasus, serta Sukajadi enam kasus, sedangkan paling sedikit di Sail yang dua kasus.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru terus menggalakkan program pemberantasan nyamuk demam berdarah, di antaranya keberadaan satu rumah satu kader jumantik.

Program satu rumah satu kader jumantik melibatkan salah satu anggota keluarga yang diberikan pemahaman soal mencegah penyakit DBD dan mendeteksinya secara dini.

"Kita harapkan satu rumah satu kader jumantik ini bisa melakukan deteksi dini sehingga mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes agypti," tuturnya. Dilansir antara.

Selain itu, dirinya juga meminta bantuan masyarakat untuk ikut andil menekan angka DBD dengan cara berperilaku hidup sehat dan melakukan 3M plus.***