Gas Beracun Kawah Ijen Dekati Permukiman Penduduk

Jumat, 23 Maret 2018

Puncak Ijen, Banyuwangi Kamis (7/5). Salah satu gunung yang jadi tujuan wisata orang saat mengunjungi Banyuwangi.

GILANGNEWS.COM - Kawah Gunung Ijen di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Rabu (21/3) malam mengeluarkan gas beracun yang diperkirakan mengarah ke permukiman penduduk.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan kemunculan gas beracun itu disebabkan perbedaan temperatur di atas dan bawah permukaan Gunung Ijen di Jawa Timur saat musim hujan ini.

"Di permukaan agak dingin, di bawah terjadi seperti konveksi dan di sana ada pengumpulan gas sehingga terjadi letupan gas," kata Kepala PVMBG Kasbani di Nusa Dua, Bali, Jumat (23/2) seperti dikutip dari Antara.

Kasbani menuturkan gas beracun di antaranya berupa hidrogen sulfida (H2S) dan karbondioksida (CO2) itu bertiup ke arah barat yang diperkirakan mendekati permukiman penduduk.

Saat ini, lanjut dia, PVMBG telah menurunkan tim ke lapangan untuk menganalisis lebih lanjut terkait munculnya gas beracun tersebut.

Kasbani juga mengeluarkan rekomendasi kepada instansi terkait untuk menutup sementara jalur pendakian dan wisatawan karena berbahaya bagi kesehatan.

Dia mengingatkan bahwa gas H2S memiliki ciri khas bau yang menyengat. Semakin tinggi konsentrasinya, gas tersebut malah tidak berbau.

Karena karakternya itu, Kasbani mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di dekat kawah gunung, terutama saat musim hujan dan di malam hari meski saat kondisi normal. Radius aman saat ini sekitar tiga kilometer dari kawah.

Status Gunung Ijen sampai hari ini masih normal atau tingkat I. Tidak ada kenaikan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan.

Sebelumnya pada Rabu (22/3) malam Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan beberapa warga Dusun Margahayu Desa Kalianyar Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso mengalami keracunan gas belerang dengan gejala sesak nafas dan muntah-muntah.

Sutopo menyatakan sebanyak 30 orang dirawat akibat terpapar gas belerang pekat dan dirawat di Puskesmas Sempol, Puskesmas Tlogosari dan RS Koesnadi Bondowoso.

Selain itu, sebanyak 178 jiwa warga sudah dievakuasi dari empat dusun terpapar yaitu Dusun Margahayu, Dusun Krepekan, Dusun Watucapil dan Dusun Kebun Jeruk ke tempat aman. Sutopo mengungkapkan tidak semua warga dari dusun bersedia dievakuasi.

Gas Beracun Aktivitas Rutin Kawah Ijen

Sementara itu, di Banyuwangi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen Bambang Heri Purwanto mengatakan fenomena munculnya bualan yang menyebabkan gas beracun merupakan aktivitas rutin kawah Gunung Ijen.

"Setiap tahun, gas beracun itu muncul pada musim hujan, terutama pada bulan Januari hingga Maret karena permukaan suhu dingin, namun di dalam kawah panas, sehingga terjadi bualan atau letupan yang membawa material gas," katanya, kemarin.

"Letupan atau bualan tersebut muncul karena air hujan membuat permukaan kawah yang panas menjadi dingin, sehingga muncul letupan di dalam kawah atau bualan yang membawa material gas vulkanik yang sangat berbahaya," sambung Heri.

Bualan yang terjadi pada Rabu malam (21/3) membawa material gas yang dihirup oleh warga yang tinggal di bantaran Sungai Banyupait yang mengalir ke arah Kabupaten Bondowoso dan gas beracun mengikuti arah angin ke wilayah Bondowoso.

Ia mengatakan para penambang belerang sempat mendengar suara letusan. Heri menyebut letusan tersebut berjenis freatik, bukan magmatik sehingga sangat lemah dan mengeluarkan gas yang sangat berbahaya.

"Petugas sudah mengecek ke kawah Ijen dan kondisinya sudah normal, serta air kawah berwarna hijau muda, namun secara visual ada bekas letusan freatik yang didengar oleh para penambang belerang," katanya soal kondisi kawah gunung dengan ketinggian 2.368 meter dari permukaan laut tersebut.