5 Hal ajaib dan kelakuan Setya Novanto di RS Medika usai kecelakaan

Selasa, 03 April 2018

GILANGNEWS.COM - Indri Astuti, perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan jadi saksi di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat.

Dari pengakuannya, terbongkar hal ajaib dan kelakuan mantan Ketua DPR Setya Novanto, serta peran Bimanesh Sutarjo 'melindungi' Novanto.

Dia bercerita, sejak tiba di rumah sakit sekitar pukul 19.00 WIB, Novanto tak memberi respons saat Indri meminta izin melakukan tindakan terhadap terdakwa korupsi proyek e-KTP tersebut.

"Akhirnya saat saya mau keluar, bapak ini bilang 'kapan saya diperban' nadanya seperti agak membentak gitu pak. Saya kaget kok dari tadi diam saja, ya saya bilang 'tunggu sebentar pak, saya tunggu dokter visit dokter dulu', saya jawab agak ketus juga pak kebawa," beber Indri, Senin (2/4).

Sebelumnya, Kamis, 16 November 2017 lalu, mantan Ketua DPR Setya Novanto menjadi orang yang paling dicari penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab, Novanto, sapaannya, sudah mangkir berkali-kali dari panggilan KPK hingga diputuskan untuk dijemput paksa.

Dihari yang sama, sekira pukul 21.00 Wib, penyidik KPK menyatroni kediaman mewah Novanto di kawasan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan untuk menjemput paksa.

Sayang, ditunggu hingga pukul 02.50 Wib, penyidik KPK dibuat gigit jari, karena yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul batang hidungnya. Disela penantian KPK, muncul kabar jika Novanto mengalami kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Toyota Fortuner yang ia tumpangi menyeruduk tiang listrik di bahu jalan.

Berikut kelakuan Novanto dan Bimanesh yang dibeberkan Indri:

HALAMAN SELANJUTNYA

1. Mendadak ada benjol di dahi Novanto

Indri menegaskan tidak ada benjol di dahi Novanto saat pertama kali dilarikan ke RS Medika Permata Hijau. Benjolan tersebut tiba-tiba muncul saat Indri keluar kamar Novanto untuk mengambil peralatan tensi darah.

"Benjolan saat itu belum ada, kemudian saya keluar ambil peralatan infus, tensi, baru saya lihat ada benjolan kedua kali saya lihat benjolan sebesar kuku saya," beber Indri.

"Tidak ada benjolan sama sekali? Sebesar bakpao mini?" tanya Ketua Majelis Hakim.

"Tidak ada, ya pas kedua saya balik lagi ada benjolan sebesar kuku saya," ujarnya.

HALAMAN SELANJUTNYA

2. Novanto menolak diinfus

Indri mengaku kesulitan ketika hendak memasang infus di pergelangan tangan Novanto. Saat melakukan pemeriksaan, tangan Indri ditepis oleh Novanto.

Kejadian itu diakui Indri mengejutkan, sebab sejak awal Novanto tiba di rumah sakit tidak ada respon tiap kali ia meminta izin untuk melakukan perawatan medis.

"Karena vena-nya tidak keliatan akhirnya saya pasang di pergelangan tangan. Saya siapin alat, karena memang tidak keliatan saya pukul dengan tiga jari saya tiba-tiba saat pukulan kedua saya kaget karena tangan si pasien itu kayak marah gitu, saya anggap dia marah," ungkap Indri.

Tepisan tangan Novanto itu pun diakuinya cukup membuat gemetaran saat akan memasang selang infus.

Proses pemasangan infus menemui kendala karena jarum sulit tertusuk ke pembuluh darah. Indri akhirnya memutuskan memasang jarum infus terhadap Novanto yang umumnya digunakan untuk anak-anak dengan harapan jarum mudah menancap.

"Saya harap sekali tusuk, jadi saya gunakan jarum untuk anak anak. Vena-nya juga enggak ada," ujarnya.

Penggunaan jarum infus untuk anak-anak oleh Novanto sebelumnya tertuang dalam surat dakwaan milik Bimanesh Sutarjo, dokter RSMPH spesialis penyakit dalam.

Bahkan, Fredrich berpesan kepada Indri agar tidak perlu menancapkan jarum infus kepada Novanto melainkan ditempel saja.

HALAMAN SELANJUTNYA

3. Novanto minta obat merah & paksa perawat perban dahinya

 

Setelah mendapati dahi Novanto ada benjolan sebesar kuku, Indri kemudian dipaksa untuk memperbannya.

Awalnya, Indri hendak menolak karena menganggap tidak ada luka yang perlu diperban. Dia pun menyampaikan permintaan tersebut ke Bimanesh, selaku dokter yang merawat Novanto. Saat itu, imbuh Indri, Bimanesh meminta Indri agar memasang perban dengan alasan kenyamanan pasien. Ia pun menuruti perintah Bimanesh.

Sekembalinya Indri ke kamar inap Novanto, ia mengaku terkejut dengan permintaan Novanto menggunakan obat merah pada lukanya.

"Saya dikejutkan kembali dengan kata-kata pasien minta obat merah. Saya makin bingung saja. Saya bilang di rumah sakit udah enggak ada obat merah pak, saya agak ketus gitu kebawa," ujarnya.

HALAMAN SELANJUTNYA

4. 'Bilang saja Kombes Pol Bimanesh'

Menuruti segala keinginan ajaib Novanto praktis membuat Indri perang batin. Bagaimana tidak, ia merasa melanggar kode etik dunia kesehatan. Ketika batinnya tengah berperang, ia ditenangkan oleh Bimanesh.

"Kamu takut ya? Kata Dokter Bima. Kebetulan kita memang sudah akrab. Saya bilang, iya dok. Terus Dokter Bima bilang, 'sudah tenang nanti bilang saja Kombes Pol Bimanesh'," ujar Indri.

HALAMAN SELANJUTNYA

5. Perawat masuk, Novanto 'akting' lemas

Kejanggalan sakit Novanto berlanjut hingga keesokan harinya. Indri mendapati Novanto mampu berdiri sehat segar bugar di dalam kamar rawatnya.

Sebelum menyelesaikan tugasnya, Indri kembali ke kamar inap Novanto untuk melakukan pengecekan rutin. Saat itu mantan ketua DPR tersebut terlihat tengah berdiri tegak saat buang air kecil di urinal.

Namun, ujar Indri, seketika sadar ada perawat masuk, Novanto tiba-tiba menunjukan sikap lemas.

"Begitu saya masuk si bapak ini enggak dengar kali saya, kemudian saya bilang pak sini biar saya bantu, si bapak itu kaget setelah itu dia merebahkan badannya dengan susah payah," ujar Indri.

"Anda tidak tanya?" tanya Ketua Majelis Hakim.

"Kan saya takut, akhirnya saya tensi 160/100 antara itu pak setelah itu saya keluar saya tunggu operan," tukasnya.