Ditawari jadi pekerja seks oleh orang asing di kereta, modus baru perdagangan manusia?

Kamis, 19 April 2018

Keramaian di sebuah stasiun: para penumpang ternyata jadi sasaran para anggota sindikat perdagangan manusia.

GILANGNEWS.COM - Seorang perempuan ditawari menjadi pekerja seks oleh orang asing yang ditemuinya di atas kereta. Apakah ini modus baru perdagangan manusia?

Sarah Haderizqi Imani, 17 tahun, sedang berdiri di dalam kereta jurusan Duri-Tangerang, saat seorang pria berwajah ramah mendekatinya dan mengajak ngobrol.

Berawal dari pertanyaan basa-basi khas penumpang kereta, pria tersebut memulai obrolan. "Mbak turun di mana?" Selanjutnya pria itu menanyakan di mana tempat kuliah Sarah, dan informasi-informasi personal lainnya.

"Cara bicaranya dan caranya berdiri yang terlalu dekat dengan saya membuat saya merasa tidak nyaman dan curiga dengan maksud bapak ini," kata Sarah pada wartawan, Rabu (18/04).

Melalui Instastory di media sosial Instagram, Sarah -yang terpilih sebagai Duta Anak Kota Tangerang 2017- menceritakan pengalamannya disertai kiat untuk menghindar dari korban perdagangan manusia.

Kisah Sarah di Instagram itu diunggah oleh warganet dan menjadi viral di Twitter, sampai disebar sekitar 7.000 kali.

Selain menceritakan pengalamannya, Sarah juga memberikan kiat-kiat untuk menghadapi situasi tak menyenangkan seperti itu.

Salah satunya adalah jangan memberikan identitas asli kepada orang tak dikenal namun identitas yang palsu saja, "Apalagi kalau dari awal sudah bisa membaca bahwa gelagat orang ini tidak baik. Udah deh enggak ada alasan lagi buat jujur."

Setelah bertanya aneka macam info pribadi, yang semuanya dijawab dengan informasi yang salah oleh Sarah, pria tersebut menawarkan mengajak Sarah jalan-jalan ke Bali. Sarah pun menjawab tak tertarik karena sudah sering ke Bali.

Pantang menyerah, pria itu minta nomor ponsel Sarah.

"Saya mau bantu mbak barangkali butuh uang atau pekerjaan. Mbak bisa jalan-jalan sama orang-orang saya. Gratis lho mbak, malah nanti mbak yang dibayar. Dibayarnya juga mahal," kata pria itu seperti dituturkan kembali oleh Sarah.

Sarah bertanya, apa pekerjaan yang ditawarkan oleh pria itu, yang kemudian menjelaskan bahwa tugas Sarah adalah untuk "ML" atau "berhubungan seks" dengan klien pria tersebut.

Pria itu menyebut bahwa kliennya berani membayar mahal dengan tarif paling murah Rp 7 juta namun Sarah menolak dan mulai sinis walau berusaha tetap tenang.

"Dalam hati sebenarnya takut sekali. Sebelumnya saya sering mendengar tentang perdagangan manusia, tapi baru kali ini mengalami sendiri," kata Sarah. "Tenangin diri dalam hati, kalau muslim bisa istighfar, minta dikuatin sama Allah."

Tapi bapak itu semakin berani. "Tapi mbak sendiri masih perawan gak?"

Mendengar pertanyaan ini, Sarah seketika itu merasa ingin menangis.

"Tapi jangan sampai nangis!" kata dia menceritakan kalimat yang dia ucapkan dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri.

Sarah pun akhirnya menjawab, "Maaf pak, menurut saya pertanyaan seperti jumlah gaji, status pernikahan, keperawanan, itu gak pantas ditanyain, apalagi ke orang asing. Bapak kan jauh lebih tua dari saya, harusnya lebih paham," kata Sarah.

Pria tersebut melengos, kemudian turun di stasiun berikutnya.

Di akun Instagram-nya, Sarah menuliskan pentingnya usaha bersama untuk mencegah perdagangan anak dan mengaku beruntung banyak mengetahui mengenai hal ini karena sebagai duta anak, aktif di berbagai kegiatan.

"Saya ingin berbagi pengalaman karena berharap bisa jadi pelajaran bagi perempuan lain, semoga berguna untuk menghindari orang-orang yang berniat jahat," tuturnya.

Modus perdagangan manusia

Kepala Divisi Perlindungan di Solidaritas Perempuan, Risca Dwi, menjelaskan modus mendekati korban di tempat umum seperti yang dialami Sarah memang banyak terjadi.

"Ada yang membujuk, ada yang pakai kekerasan. Ada yang didatangi di rumah, dan yang didekati di tempat publik juga banyak," kata Risca kepada BBC Indonesia.

Menurut laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tahun 2017, Indonesia adalah sumber, tujuan dan negara transit korban perdagangan manusia.

Diperkirakan 1,9 juta dari 4,5 juta pekerja migran Indonesia adalah yang tidak punya dokumen sehingga sangat rentan menjadi korban kerja paksa dan bidak seks.

Perempuan dan anak-anak perempuan juga termasuk kelompok rentan perdagangan manusia dan berisiko tinggi dijadikan pekerja seks, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti di Malaysia, Taiwan, dan Timur Tengah.

Menurut Risca, sasaran yang dituju para pelaku perdagangan perempuan adalah orang awam yang tidak paham tentang perdagangan perempuan.

Alih-alih paham, mereka yang disasar adalah perempuan yang tidak berpikir panjang ketika ditawari pekerjaan dengan gaji tinggi. Apalagi, jika mereka memang sedang sangat membutuhkan pekerjaan.

Iming-iming gaji yang tinggi selalu menjadi pemanis bujukan perekrut.

"Orang awam berpikir kalau ada yang menawarkan pekerjaan bagus dengan gaji bagus, ya kenapa tidak. Meskipun dia tidak tahu akan ditempatkan di mana. Apakah dijual di club, pub, atau tujuan seksual," kata Risca.

Tujuan pelaku perdagangan perempuan pun tak hanya untuk menjadi pekerja seks, tapi bisa juga jadi pembantu rumah tangga atau pekerja migran.

Risca berpesan untuk tidak mudah percaya kepada orang-orang asing yang mendekati maupun menawarkan sesuatu yang terlalu bagus untuk bisa dipercaya. "Zaman sekarang kan mencari pekerjaan itu susah, masa ada orang menawarkan pekerjaan pada orang asing?" kata Risca.

Kalaupun ingin menerima tawaran pekerjaan ke luar daerah atau luar negeri, selidiki lebih dulu detail semua informasi tentang pekerjaan dan perusahaan yang akan mempekerjakan dan info selengkap-lengkapnya mengenai identitas perekrut.

"Tanya identitas orang itu adalah jurus untuk lebih waspada," kata Risca.

Terakhir, jika si perekrut mulai memaksa di tempat umum, maka Risca menyarankan agar perempuan tak segan berteriak untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar.