Romi : Pengerjaan Dua Fly Over Dinilai Lambat, Masyarakat Jadi Korbannya

Rabu, 16 Mei 2018

GILANGNEWS.COM - Progres pembangunan dua fly over yang dijalan Soekarno Hatta, tepatnya disimpang Jalan Tuanku Tambusai-Soekarno Hatta, dan persimpangan Jalan Adi Sucipto, HR Soebrantas- Soekarno Hatta, diyakini penyelesaiannya tidak akan sesuai dengan  waktu yang  ditentukan akhir 2018, dan sangat yakin akan molor sampai 2019 akhir melihat kondisi saat ini.

"Kontraktornya kami lihat lamban kerjanya, tak yakin kita bisa selesai tahun ini, dan sangat yakin itu bisa-bisa akhir 2019 malah kalau kondisi nya seperti sekarang cara kerjanya," kata Wakil Ketua DPRD Pekanbaru Jhon Romi Sinaga SE Rabu (16/5).

Disebutkan politisi PDI Perjuangan ini, dirinya sangat apresiasi dengan apa yang dilakukan pemerintah saat ini dengan membangun dua fly over sekaligus. Tentunya untuk mengurai kemacetan yang setiap hari semakin parah ini, namun amat disayangkannya proses pengerjaannya dinilai kurang profesional.

Padahal kata Romi, sudah banyak yang dikorbankan Pemko Pekanbaru dalam mendukung percepatan pembangunan fly over. Seperti, terpaksa menebang pohon lindung yang untuk menanam, merawat hingga besar melalui APBD harus ditebang cuma-cuma.

Dan mestinya juga pohon ini disebutkan Romi bisa dipindahkan, bukan ditebang habis seperti itu. Dan juga upaya lain yang mendukung dilakukan Pemko dan juga tentunya pemprov Riau.

Disebutkan Romi, mestinya kontraktor pembangunan fly over dapat melihat apa yang terjadi di wilayah pembangunan itu dengan mempercepat laju pembangunan, bukan malah membiarkan kemacetan terus terjadi setiap jam sibuk dengan melambatkan pekerjaan.

"Koordinasi dengan Pemerintah setempat tidak ada kita lihat, harus dilakukan itu agar pekerjaan besar yang dilakukan bisa berjalan dengan baik," sarannya.

Kondisi saat ini yang langsung dilihat Romi dilapangan, masih ada PKL yang dibebaskan berjualan dilokasi perkerjaan fly over. Dimana kalau ada koordinasi yang baik tentu PKL ini sudah diarahkan ke pasar-pasar rakyat tradisional yang ada. 

"Ini juga untuk keamanan dan kenyamanan masyarakat, dan pekerja sebelum masuk alat berat yang nanti pasti akan masuk," sebutnya.

Makanya Pemerintah juga disarankan untuk dapat membantu melakukan sterilisasi daerah pembangunan. Seperti Pol PP, baik Pemko dan Pemprov harus juga ikut membantu mengarahkan semua PKL yang masih nekat berjualan di areal fly over.

"Karena kalau tidak segera dicari solusi yang solutif maka, mau sampai kapan masyarakat harus bermacet-macetan. Jangan hanya dipandu dengan rekayasa yang dibuat, tapi personil tidak ada ditempatkan," ungkapnya.

Dampak dari pembangunan fly over ini, memang memaksa warga merubah jadwal aktifitasnya, karena kemacetan terjadi begitu parah di jam sibuk. Dan hal ini tidak bisa dielakkan. Hampir semua arah mengalami kemacetan. 

Ditambah tidak adanya pengatur arah dari petugas lalulintas, sehingga warga saling desak-desak untuk saling mendahului, dan pada akhirnya menambah parah kondisi jalan, menjadi sempit.

Keluhan warga, biasanya pulang dari kantor Gubernur ke rumah wilayah Panam, hanya lebih kurang 30 menit. "Namun sejak pembangunan fly over makin parah lebih satu jam baru sampai rumah," keluh Rico warga Taman Karya ini.

Dia mengharapkan, harus ada jalur alternatif dengan penunjuk APPLL yang jelas, agar warga tidak terjebak macet dan tidak mutar-mutar mencari jalan alternatif itu.