Menguat ke Rp14.155 per Dolar AS, Rupiah Terkuat di Asia

Jumat, 21 Juni 2019

Ilustrasi nilai tukar rupiah.

GILANGNEWS.COM - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.155 per dolar AS pada perdagangan Jumat (21/6). Posisi ini menguat 0,19 persen dibandingkan Kamis (20/6).

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.116 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin yakni Rp14.236 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.095 per dolar AS hingga Rp14.166 per dolar AS.

Rupiah menguat sendirian di kawasan Asia. Pasalnya di tengah penguatan tersebut, sejumlah mata uang Asia justru melemah terhadap dolar AS. Untuk Peso Filipina melemah 0,05 persen, baht Thailand melemah 0,06 persen, dolar Singapura melemah 0,06 persen, dan yen Jepang melemah 0,07 persen.

Kemudian, won Korea Selatan melemah 0,15 persen, ringgit Malaysia melemah 0,18 persen, rupee India melemah 0,27 persen, dan yuan China melemah 0,28 persen.

Di sisi lain, terdapat pula mata uang yang menguat seperti dolar Hong Kong sebesar 0,07 persen. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah terdorong oleh sinyal positif pertemuan perundingan damai dagang antara AS dan China pada pertemuan G20 pada pekan depan.

Selain, rupiah juga mendapatkan sentimen positif dari kebijakan sejumlah bank sentral juga melonggarkan suku bunganya. Sentimen yang paling direspons positif adalah peluang penurunan suku bunga acuan yang dibuka oleh bank sentral AS, The Fed pada semester II tahun ini.

"Tingkat kemiringan Gubernur The Fed Jerome Powell bergabung dengan rekan-rekan global seperti Bank Sentral Eropa dan Reserve Bank of Australia minggu ini di jalan menuju lebih banyak stimulus kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi memberi sentimen positif," jelas Ibrahim, Jumat (21/6).

Kemudian, pasar juga mengapresiasi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin.

Memang, BI juga menahan suku bunga acuannya di angka 6 persen. Namun, BI masih berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak 50 basis poin untuk bank umum konvensional dan bank syariah.

"Ini tentu menjadi jaminan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," paparnya