Riau

Sering Dibully Teman, Siswi SMA 1 Bangkinang Bunuh Diri Di Sungai Kampar

BANGKINANG, GILANGNEWS.com - Kematian Elva Lestari (bukan Elva Susanti), gadis belia berusia 16 tahun yang diduga bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Kampar di Desa Kumantan, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar Ahad (30/7/2017) menyisakan sejumlah cerita dari keluarga korban. Keluarga yakin bahwa korban bunuh diri karena mengalami tekanan mental akibat sering mengalami perundungan (bully) teman-temannya di SMAN 1 Bangkinang Kota.

Kakek korban, Juliardi (45), dalam keterangannya kepada sejumlah wartawan di Bangkinang, Selasa (1/8/2017) menceritakan, korban akhir-akhir ini sering dibully oleh teman-teman sekolahnya di SMAN 1 Bangkinang Kota. Hal itu sempat disampaikan korban kepada orang tuanya bahkan pamannya yang bermukim di Dumai.

Edi, begitu ia akrab disapa mengatakan, dua hari sebelum peristiwa tragis itu terjadi yakni pada Jum'at (28/7/2017) lalu ia bahkan telah berusaha menyampaikan konfirmasi kepada pihak SMAN 1 Bangkinang Kota melalui telepon kepada salah seorang Wakil Kepala Sekolah.

Namun saat ditelpon, Wakil Kepala SMAN 1 Bangkinang Kota itu  sedang ada kegiatan lain dan belum sempat berbincang banyak. "Rencananya hari Senin saya mau ke sekolah, namun apa boleh buat Allah berkehendak lain, cucu saya ini mengakhiri hidupnya dengan cara itu," beber Edi.

Upaya menelpon Wakil Kepala Sekolah dilakukan karena almarhum baru saja curhat kepada salah seorang Pamannya yang tinggal di Dumai. Pamannya lalu menghubungi Juliardi agar menanyakan kepada pihak sekolah apakah benar Elva sering dibully di sekolahnya. Apabila memang sering dibully, maka pihak keluarga minta pihak sekolah mengatasi dan mencegah hal ini agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Dari laporan korban kepada pamannya itu, kata Juliardi, perlakuan bully itu sudah sering kali dilakukan. Padahal korban baru menjalani sekolah selama tiga pekan. Dimana, Elva adalah murid kelas X di SMAN 1 Bangkinang. Awal sekolah Elva bercerita sangat senang dengan teman-teman barunya dan sekolah favoritnya itu, tapi ternyata ada temannya yang membongkar bagaimana miskinnya keluarga korban dan mengatakan bahwa ayah korban mengalami gangguan jiwa.

"Nah, sejak itulah ia sering kena bully. Dia sering diejek miskin, jelek, ayahnya kelainan jiwa. Bahkan, pernah saat korban berjalan di sekolah disempai (ditekel) oleh temannya hingga hampir terjatuh," kata dia.

Anak dari pasangan Fanda dan Mimin ini, kata Juliardi, diperlakukan seperti itu oleh temannya karena diduga temannya iri dengannya. Sebab korban ini adalah anak yang pintar. Dia sering disuruh oleh gurunya untuk menjawab pertanyaan di sekolah. "Dia sering lah disuruh tampil," jelasnya.

Terkiat hal ini, Kepala SMAN 1 Bangkinang Kota, Drs Asnimar MPd ketika ditemui wartawan, Selasa (1/8/2017) membenarkan bahwa Elva Lestari adalah siswanya. Dia baru duduk bangku kelas X, yang sudah menjalani belajar selama dua pekan. "Ya, anak ini di kelas X A. Wali kelasnya Buk Asdawati," kata Asnimar.

Dia mengaku tidak begitu memantau kondisi Elva selama di sekolah. Oleh karena itu, dia akan menanyakan kepada siswa-siswa teman korban. Melakukan interogasi kepada murid sekelas dengan korban. Tujuannya, untuk membuktikan apakah betul atau tidak dilakukan bully tersebut.

"Kami sedang minta keterangan siswa apakah benar dibully atau tidak. Kami belum bisa pastikan. Kalau bully itu muncul dari siswa, teman-temannya," katanya.

Atas meninggalnya korban, kepala sekolah seolah lepas tangan. Sebab dia beralasan bahwa korban meninggal di luar sekolah dan di luar jam sekolah. "Dia meninggal dunia tidak waktu sekolah. Di luar jam sekolah. Bisa nanti tanya saja ke bidang siswa," sebutnya.

SMAN 1 Bangkinang Impiannya

Malang betul nasib korban ini. Kata Juliardi yang merupakan kakek korban, Elva bercita-cita sekali untuk bersekolah di SMAN 1 Bangkinang. "Ini impiannya dari dulu," sebut dia. Namun, apa yang dia dapat selama ini, tak seindah yang korban bayangkan. Perlakuan yang tak baik malah diterima korban di sekolah favorit di Kampar ini.

"Dia ini memang anak yang pintar. Jadi kebanggaan keluarga kami. Besar harapan kami kepada dia. Tapi karena apa yang diterima di sekolah, Elva malah memilih jalan lain. Allah berkehendak lain," ujar Juliardi.

Dia mengharapkan, perbuatan bully di sekolah ini, dapat dibasmi. Cukup katanya, ini menjadi yang pertama dan terakhir kali di Kampar ini. "Jangan sampai citra pendidikan kita di Kampar ini tercoreng karena bully," sebutnya.

Sebelumnya, jenazah Elva ditemukan di seorang nelayan tepatnya di Desa Batu Belah, Kecamatan Kampar Sungai Kampar, Senin (31/7/2017) setelah dilakukan pencarian selama satu hari.

Elva awalnya terjun ke dalam Sungai Kampar di Desa Kumantan, Kecamatan Bangkinang Kota tanpa bisa dicegah oleh warga yang ada di situ, Ahad (20/7/2017). Tak lama setelah sampai di seperti sungai ia lalu dihanyutkan arus sungai. Beberapa warga langsung berusaha menolongnya namun hal itu tak berhasil dilakukan.

Lokasi penemuan jenazah korban sekitar 1 kilometer dari lokasi korban dinyatakan hanyut.


Tulis Komentar