Nasional

Yordania sebut dominasi Indonesia di pencak silat Asian Games 'tak bernilai', UEA mengatakan bisa me

Pipiet Kamelia meluapkan kegembiraan setelah meraih emas pencak silat nomor kelas D putri 60 kg. Kontinegan Indonesia meraih 14 dari 16 emas yang tersedia.

GILANGNEWS.COM - Dominasi emas Indonesia di cabang pencak silat Asian Games 2018, yang baru saja berakhir, dipertanyakan oleh Dewan Olimpiade Yordania (JOC).

Sekjen JOC, Nasser Majali, dalam wawancara dengan situs olahraga insidethegames, mengatakan medali emas dari pencak silat "tidak punya nilai".

"Saya paham negara tuan rumah biasanya ingin unjuk kekuatan, ini berlaku juga untuk Olimpiade. Tapi jika saya adalah pihak yang menentukan, jelas saya tidak akan menempuh cara itu, saya tidak akan memasukkan cabang olahraga nasional," kata Majali.

Pandangan yang berbeda disampaikan Uni Emirat Arab (UEA).

Ketua kontingen UEA, Ahmed Al Tayeb, kepada Gulf News mengatakan, "Sebagai tuan rumah, Indonesia perlu meraih medali. Dewan Olimpiade Asia selalu mengakomodasi keinginan tuan rumah Asian Games untuk mendapatkan medali."

Di Asian Games 2018, Indonesia meraih 31 medali emas, 14 di antaranya didapat dari pencak silat, cabang olahraga yang masuk ke Asian Games atas permintaan Indonesia sebagai tuan rumah, dan tidak akan lagi dipertandingkan di Asian Games mendatang.

Pencak silat secara keseluruhan menyediakan 16 medali emas, 14 di antaranya diraih atlet-atlet Indonesia, dua selebihnya diraih atlet-atlet Vietnam.

BBC News Indonesia pada hari Selasa (04/09) sudah menghubungi Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto, untuk meminta tanggapan, namun hingga berita diturunkan, Gatot belum memberikan tanggapan.

Tapi dalam wawancara dengan BBC News Indonesia pada 27 Agustus, ia mengatakan, "Mumpung Dewan Olimpiade Asia (OCA) memberi kesempatan kepada tuan rumah untuk memperjuangkan cabang-cabang olahraga tertentu, ya kita manfaatkan."

"Kalau tidak kita akan kehilangan muka sebagai tuan rumah. Tapi beda dengan SEA Games ya. Di SEA Games tuan rumah bisa suka-suka menentukan cabang olahraga, tapi kalau Asian Games sangat kecil, sangat terbatas sekali (cabang olahraga yang bisa dimasukkan oleh tuan rumah)."

"Anda bayangkan, (yang boleh dipertandingkan atau diperlombakan di Asian Games) hanya pencak silat, sepatu roda, paragliding, jetski, dan bridge," kata Gatot.
'Akan sulit diulangi'

Saat menggelar Asian Games 1962, Indonesia meraih 11 emas.

Majali mengatakan Indonesia akan kesulitan mengulangi prestasi yang dicatat di Asian Games 2018 karena pencak silat, "tambang medali emas" bagi Indonesia tidak dipertandingkan di Asian Games mendatang.

"Mereka tidak akan pernah mengulang prestasi ini. (Pencapaian di Asian Games 2018) didapat melalui jalan nonorganik," kata Majali.

Bukan sekali ini Indonesia berjaya di cabang pencak silat.

Di SEA Games 2011, Indonesia menyabet sembilan dari 18 emas yang tersedia.

Majali mengatakan memasukkan satu cabang olahraga di mana negara-negara lain sulit untuk bersaing mendapat medali adalah "tidak adil".

Ia menyamakannya dengan negara yang melakukan naturalisasi atlet dari negara lain untuk meningkatkan kans mendapatkan medali.

"Memilih cabang olahraga di mana Anda sangat mendominasi atau mendatangkan atlet (naturalisasi atlet dari negara lain) menurut saya tidak punya nilai," kata Majali.

Uni Emirat Arab (UEA) mengeluarkan reaksi yang "lebih bersahabat" dengan mengatakan apa yang dilakukan Indonesia bisa dipahami.

"Kalau kami sebagai tuan rumah Asian Games, kami mungkin akan memasukkan nomor endurance untuk cabang berkuda. Kita bisa memasukkan beberapa nomor dengan jarak-jarak yang berbeda dan kami bisa meraih tiga medali karena atlet-atlet kami sangat andal di nomor ini," kata Al Tayeb, ketua kontingen UEA.

Sementara itu, Komite Olimpiade India mengatakan Komite Olimpiade Asia harus membicarakan ketentuan soal cabang-cabang olahraga yang bisa dimasukkan ke Asian Games oleh tuan rumah.

Bendahara Komite Olimpiade India, Anandeshwar Pandey, kepada Gulf News mengatakan, pencak silat mestinya harus dimasukkan dengan status eksibisi dan baru dimasukkan secara resmi ketika banyak negara yang mengadopsi cabang ini sehingga persaingan meraih medali menjadi lebih adil.


Tulis Komentar