Muncul Fenomena CT Value Rendah 1,8 di Tengah COVID-19 Varian Delta Melandai

Jumat, 10 September 2021 | 10:09:42 WIB
Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Jawa Timur kembali menerima ratusan pekerja migran atau TKI yang pulang kampung. Para TKI dikarantina terlebih dulu meski hasil swab di tempatnya bekerja dinyatakan negatif COVID-19.

Sementara satgas COVID-19 di Jatim tetap melakukan protap dengan melakukan swab para TKI. Bila para TKI terbukti positif COVID-19, maka mereka akan dikirim ke RS Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya.

Penanggungjawab RSLI Laksamana Pertama dr Ahmad Samsulhadi, MARS mencermati pasien-pasien yang memiliki CT Value rendah di angka 1,8. Angka ini termasuk sangat rendah dan memiliki potensi penularan virus COVID-19 cukup tinggi.

  • Baca Juga Terungkap! Pelaku Bom Bunuh Diri Katedral Makassar Diduga 2 Orang Naik Motor
  • Baca Juga Angkat Bicara! Kapolda Riau Sebut Pengamanan terhadap Masyarakat Selalu Berjalan
  • Baca Juga Breaking News! Bom Makassar, Walikota Ungkap Tak Ada Korban di Dalam Gereja Katedral
  • Baca Juga Sadis! Bom Bunuh Diri Terjadi di Gereja Katedral Makassar, Potongan Tubuh Berserakan
  • Untuk mengantisipasi penularan dan ada kemungkinan varian baru muncul, Samsulhadi mengirim sampel-sampel para TKI ke ITD Unair. Saat ini, pasien di RSLI saat ini didominasi TKI. Dari data terakhir, diketahui RSLI tengah merawat 157 pasien. Ada 149 pasien asal TKI dan 8 pasien umum.

    Pihaknya juga perlu memperhatikan adanya varian MU termasuk Varian of Interest (VoI). Saat ini, varian MU sudah melanda 39 negara. Jika pada varian delta, CT value pasien bisa di bawah 25 hingga di bawah angka 5, justru varian MU tidak seperti itu.

    "Untuk penanganan pasien PMI, kita sangat antisipatif, terutama kemungkinan varian baru muncul. Karena kami menemukan nilai CT value 1,8 pada satu pasien, sampai saya tanya dan konfirmasi ke dr Fauqa, ini nilai CT valuenya 1,8 atau 18? Mohon swab PCR-nya diulang, karena pasien ini sudah dirawat 12 hari," kata dr Samsulhadi di Surabaya, Kamis (9/9/2021).

    Setelah diulang, Samsulhadi mengatakan nilai CT value pasien tersebut memang di angka 1,8. Tak hanya itu, dia mengungkapkan ada beberapa pasien TKI yang sudah 10 hari dirawat, namun nilai CT valuenya masih di bawah 15.

    "Ini fenomena baru dan masih kita tindaklanjuti. Karena fenomena yang aneh, saya sudah meminta dr Fauqa untuk menindaklanjutinya," imbuhnya.

    Sementara dokter spesialis Patologi Klinis sekaligus Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) RSLI, dr Fauqa Arinil Aulia SpPK menyebut pihaknya sering menemui fenomena CT value ekstrem hingga di bawah 5.

    "Fenomena yang ada di RSLI akhir-akhir ini memang kami menemukan CT Value ekstrem dan masih pada angka yang sangat rendah," ungkapnya.

    "Padahal teorinya, pada varian lain, progresnya baik, CT Value naik. Bahkan hari ke 13 sudah negatif. Sedangkan sekarang ini kok malah kebalikannya, minggu kedua seperti mulai kembali terserang, dengan indikasi nilai CT Value yang masih rendah, di bawah 25 bahkan di bawah 5," tambah Fauqa.

    Saat disinggung apakah hal ini mengarah ke varian baru atau masih di varian Delta, Fauqa menyebut masih menunggu hasil Whole Genome Sequencing (WGS). Pihaknya terus memonitor pasien dengan CT Value rendah, apakah varian baru atau tidak dengan mengirimkan 78 sampel.

    "Kita tidak bisa berandai-andai, semua masih menunggu konfirmasi dari WGS dari sampel yang kita kirimkan," ujarnya.

    Sementara ITD Unair telah menerima 278 sampel dari TKI. Sampel tersebut dilakukan uji WGS. Ketua ITD dan tim peneliti Unair Prof dr Maria Lucia Inge Lusida MKes PhD SpMK membenarkan menerima dan meneliti sampel untuk menemukan varian. Sampel diambil dari berbagai laborat di Jatim.

    Inge menyebut hingga kini sudah ada ratusan lebih sampel yang diuji di ITD Unair. Untuk hasilnya langsung dilaporkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim.

    "Sebanyak 279 sampel telah diindentifikasi, dan hasil semuanya telah kami laporkan ke Kadinkes Provinsi Jatim. Mohon ditanyakan ke beliau (Kadinkes) aja ya," jelasnya.

    Dinkes Jatim mengaku belum menerima hasil pemeriksaan genome sequencing pasien PMI atau TKI pemilik CT value 1,8.

    "Saya belum dapat datanya dari hasil pemeriksaan di ITD Unair. Tapi memang kita tidak bisa ngarani (menuding) bahwa itu adalah varian baru hanya dengan CT value yang rendah," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Kohar Hari Santoso saat dihubungi detikcom di Surabaya.

    Kohar menambahkan, pemilik CT value rendah bukan berarti tertular virus COVID-19 varian MU. Hal ini baru bisa dibuktikan lewat pemeriksaan genome sequencing.

    Terkini