Nasional

Komnas HAM Minta Otsus Papua Dievaluasi Usai Penembakan Guru

Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mendorong pemerintah mengevaluasi penerapan otsus Papua.

GILANGNEWS.COM - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendorong pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penerapan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menilai evaluasi itu dibutuhkan karena tidak ada perkembangan signifikan terhadap penyelesaian konflik di Papua.

Alih-alih kian mereda, konflik belakangan justru menelan korban di dunia pendidikan. Dilaporkan pada Kamis (8/4), seorang guru SD tewas tertembak dan sejumlah sekolah dibakar di Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua.

"Yang pertama, saya kira pemerintah pusat harus evaluasi komprehensif atas pelaksanaan otsus. Yang kedua, koordinasi dan komunikasi antara pusat dan daerah harus lebih intensif, untuk memastikan pemda bekerja sungguh-sungguh untuk warganya," kata Beka ketika dihubungi wartawan, Selasa (13/4).

Menurut Beka, pemerintah juga harus memaksimalkan peran aparat keamanan dan penegak hukum dalam menindak pelaku kekerasan serta mencegah kejadian yang sama terulang.

Ia menyoroti kejadian kekerasan di Papua bukan hanya sesekali terjadi. Beka mengatakan hampir tiap bulan Komnas HAM mendapat laporan terkait kejadian kekerasan yang mengorbankan masyarakat sipil di sana.

Dalam hal ini, ia menilai pemerintah tak bisa tinggal diam. Ia mendorong aparat keamanan melalui Kepolisian RI segera mengusut dan menindak pelaku yang melakukan aksi penembakan dan pembakaran.

"Ketika anak-anak atau siswa sudah tidak bisa sekolah dan sekolah dibakar, tentu ini peristiwa yang mengancam pemenuhan HAM, khususnya hak atas pendidikan," ujarnya.

Beka mengatakan pemerintah juga perlu menjamin rasa aman kepada masyarakat Papua dan mendorong pemerintah daerah segera memenuhi hak masyarakat setempat yang terabaikan selama konflik.

Sebelumnya, dua orang guru, Oktavianus Rayo dan Yoanatan Randen, dikabarkan tewas tertembak karena dianggap sebagai mata-mata TNI Polri. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengklaim penembakan itu ulah mereka.

Kelompok ini juga diduga bertanggung jawab atas pembakaran tiga bangunan gedung sekolah di Kampung Julukoma, Distrik Boega.

Polri menyatakan telah mengidentifikasi pelaku penembakan guru di Papua. Kasatgas Operasi Nemangkawi, Brigjen Pol Roycke Harry Langie mengatakan kedua korban ditembak mati ketika menuju ke wilayah Ilaga.


Tulis Komentar