Nasional

Wartawan Ini 'Dihadang' Segepok Uang Saat Peliputan, Begini Ceritanya

Ilustrasi

GILANGNEWS.COM - WARTAWAN, profesi terikat kode etik dan terkadang penuh godaan. Seperti yang dialami Andi Apriyadi (27) yang langsung gemetar ketika "dihadang" segepok uang saat menjalankan tugas peliputan.

Peristiwa tersebut dialaminya saat meliput eksekusi dua terpidana kasus korupsi di Bandar Lampung pada 16 Mei 2016. Saat itu, Andi baru sekitar dua bulan menjadi wartawan media online lokal di Lampung di desk kriminal dan hukum.

Mulanya Andi mendapat info Kejari Bandar Lampung sedang membawa dua terpidana kasus korupsi jalan kampung Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bandar Lampung untuk ditahan di Lapas Rajabasa. Ia pun segera meluncur ke lokasi.
"Dikasih tau (info) sudah sore. Jadi buru-buru ke Lapas. Agak susah kalau liputan di Lapas, paling banter ngambil gambar di gerbang," katanya dilansir okezone.com, Rabu (8/2/2017).

Penahanan para terdakwa berdasarkan putusan pengadilan, pada 7 April 2016, yang menyatakan bahwa terdakwa dinyatakan terbukti secara sah bersama-sama melakukan tindak pidana korupsi proyek pembangunan jalan kampung di Gudanglelang, Telukbetung, Bandarlampung tahun 2012 yang merugikan negara sebesar Rp345 juta, dengan nilai proyek sebesar Rp14 miliar.

Keduanya dijerat Pasal 3 Ayat 1 Pasal 18 UU Tipikor Pasal 55, dan masa hukuman satu tahun penjara serta harus membayar denda Rp50 juta subsider enam bulan penjara.

Mereka datang secara terpisah. Pertama Mansyur Sinaga, sang kepala dinas yang tiba di lokasi. Bersama sejumlah wartawan lain, Andi pun melakukan tugasnya, mengambil video dan foto. Satu berita dibuat, karena sang redaktur meminta berita segera dikirim.

Tak lama, terpidana lainnya, Dirut CV Alma Semesta Abadi, Sahaldi pun datang. Andi bergegas menghampiri mobil Fortuner putih bernomor polisi BE 1864 AL itu. Handycam sudah standby, begitu juga ponsel untuk memfoto.

Pintu mobil terbuka, sang terpidana turun, Andi pun langsung menyorotkan kameranya. Melihat Andi, sang terpidana tak jadi turun. Ia kembali masuk sambil menutup pintu mobil.

Tak berapa lama, Sahaldi membuka kembali pintu mobilnya. Tangannya memberi isyarat agar Andi mendekat. "Dia memanggil. Uangnya sudah di tangan. Dia bilang, jangan diliput," kata Andi mengenang peristiwa tersebut.

Andi mengaku gemetar melihat uang sebanyak itu. Baru kali itu dia melihat dan ditawari uang hanya untuk tidak melakukan hal yang sederhana, "mematikan kamera dan pura-pura tidak terjadi apa-apa".

Namun, Andi langsung menolak dan justru terus menyorotkan handycam ke arah wajah Sahaldi. "Uangnya merah semua, bang. Banyak," tutupnya.***


Tulis Komentar