Dunia

Virus Corona Diramal Bakal Hantam Ritel dan Transportasi RI

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Wabah Virus Corona terus menghantui masyarakat. Hingga Selasa (11/2), jumlah korban meninggal akibat virus yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China itu mencapai mencapai 1.013 orang. Tak hanya China, virus mematikan itu telah menginfeksi 42.500 orang di seluruh dunia.

Tak hanya mengancam manusia, Virus Corona juga membayangi ekonomi global. Pasalnya, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Turunnya aktivitas ekonomi China akan memberikan dampak negatif kepada ekonomi global.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan Benny Sutrisno mengatakan jika Virus Corona masuk ke Indonesia maka sektor transportasi diramal menjadi sektor paling terdampak. Sebab, masyarakat akan mengurangi aktivitas di luar rumah akibat penyebaran virus.

Kondisi serupa terjadi di Provinsi Hubei, China. Pemerintah China mengisolasi Provinsi Hubei serta menghentikan seluruh transportasi ke kawasan itu.

"Aktivitas dan mobilitas orang terganggu. Kalau dilihat di China orang-orang jarang keluar rumah, Singapura juga semua di rumah aktivitas kerja di rumah," katanya kepada wartawan.

Namun demikian, ia belum dapat memprediksi kerugian nominal sektor transportasi jika Virus Corona melanda Indonesia. Akan tetapi,menurut dia, epidemi itu telah merugikan Indonesia bahkan sebelum masuk ke Tanah Air.

Pasalnya, Indonesia masih mengimpor bahan baku dan barang modal dari China utamanya pada produk garmen, sepatu, dan makanan. Jika pengiriman bahan baku dan barang modal terhambat, maka industri tersebut ikut terpukul.

"Pengusaha masih menunggu habisnya stok bahan baku dan barang modal. Untuk mencari pengganti kami butuh development negara baru, apakah dari Korea Selatan dan Taiwan," ujarnya.

Namun demikian, bahan baku dan barang modal dari Korea Selatan dan Taiwan lebih mahal ketimbang dari China. Ia menyebut selisih harga mencapai 5 persen-20 persen.

"Sementara ekspor Indonesia ke sana dalam bentuk barang mentah, seperti batu bara dan CPO. Kalau aktivitas di Provinsi Hubei menggunakan listrik dan berkurang, maka sektor batu bara kena juga," ucapnya.

Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih memperkirakan sektor ritel dan perdagangan seperti toko dan pusat belanja menjadi sektor yang paling terdampak jika Virus Corona sampai ke Indonesia. Sebab, masyarakat akan mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Secara nominal saya tidak bisa prediksi, tetapi penjualan pasti akan turun," katanya.

Lana menuturkan kondisi tersebut akan mengancam pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2020. Sepanjang 2019, pertumbuhan konsumsi rumah tangga terpantau lesu yakni 5,04 persen. Realisasi itu melambat dibandingkan dengan posisi 2018 lalu yang sebesar 5,05 persen.

Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV 2019 hanya 4,97 persen, jauh lebih lambat ketimbang kuartal IV 2018 yang masih tembus 5 persen, tepatnya 5,08 persen.

Namun, Lana meyakini konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2020 akan terselamatkan dengan datangnya Lebaran pada Mei mendatang. Ia memprediksi konsumsi rumah tangga masih berada di level 5 persen pada kuartal I 2020.

"Orang-orang pada Maret sudah mulai mempersiapkan stok barang untuk puasa dan Lebaran. Biasanya tren kuartal I memang lebih baik dari kuartal IV," katanya.

Selain sektor ritel dan perdagangan, Lana memprediksi penyebaran Virus Corona akan menghantam sektor pariwisata. Bahkan, pengaruh negatif Virus Corona pada sektor pariwisata mulai terasa sejak kemunculan virus tersebut.

Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan lebih dari 40 ribu turis membatalkan pemesanan hotel di Bali sejak kemunculan wabah tersebut. Hariyadi menuturkan pengeluaran turis China yang bertandang ke Indonesia rata-rata US$1.100 setiap kunjungan.

"Sejauh ini belum ada angka pasti penurunan kunjungan wisatawan dan okupansi hotel di Bali. Virus Corona juga mengurangi penjualan souvenir di Bali," ucapnya.

Di China sendiri, penyebaran wabah Virus Corona selama dua bulan terakhir telah membuat aktivitas bisnis lokal di China lesu. Penurunan aktivitas tersebut terjadi pada bisnis supermarket, restoran, penginapan, hingga kuil.

Indonesia sendiri belum mengkonfirmasi keberadaan virus tersebut di dalam negeri. Padahal, negara tetangga seperti Singapura, Filipina, Malaysia, Australia, Vietnam, dan Kamboja sudah mengumumkan temuan kasus virus corona di negara mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan Indonesia harus melakukan persiapan lebih matang lagi guna menghadapi risiko penyebaran Virus Corona. Mereka khawatir Indonesia tidak bisa mendeteksi virus tersebut.


Tulis Komentar