Riau

Cerita Tim Paramedis Ketika Merawat Korban Unjuk Rasa Ditembaki Gas Air Mata

GILANGNEWS.COM - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Pekanbaru Kamis (8/10/2020) berakhir ricuh.

Setidaknya ada dua kali bentrok antara aparat kepolisian dengan kelompok mahasiswa dalam unjuk rasa tersebut.

Gas air mata yang ditembakkan oleh petugas kepolisian ke segala penjuru menyebabkan banyak mahasiswa terjatuh. Tembakan gas air mata tersebut tak hanya mengarah ke kerumunan massa namun juga mengarah mengenai petugas medis yang memberikan pertolongan pertama kepada massa aksi yang terluka.

Salah seorang perwakilan tim paramedis alternatif, Haldi Ryaldi mengatakan kehadiran tim medis dalam setiap aksi unjukrasa merupakan hal terpenting guna memastikan korban-korban yang terluka mendapat pertolongan pertama sebelum akhirnya dapat ditangani oleh pihak rumah sakit atau institusi kesehatan lainnya. Maka dari itu, massa aksi maupun kepolisian bertanggung jawab dalam melindungi tim medis jika terjadi kerusuhan.

"Namun sayangnya, hal ini diabaikan saat bentrokan kemarin. Ketika kericuhan kembali pecah untuk kedua kalinya sekitar pukul 16.13 Wib, polisi menembakkan gas air mata ke dekat safe point kami yang memang tidak hanya berisi tim medis, namun juga mahasiswa kesehatan yang tengah membantu merawat korban luka," cakapnya, Jumat (9/10/2020).

Haldi menjelaskan pada saat itu ia beserta rekan-rekannya yang lain tengah melakukan perawatan kepada tujuh orang massa aksi, diantara ketujuh orang tersebut dua massa aksi dalam kondisi lemah dan hampir tidak sadarkan diri.

Saat polisi masih terus menembakkan gas air mata, Haldi menjelaskan pihaknya sudah berulang kali mengibarkan bendera paramedis sembari meneriakkan bahwa tempat mereka berada adalah Safe Point dan ada massa aksi yang tengah dirawat.

"Namun polisi seolah tak peduli, asap gas air mata terus membumbung. Rasa perih dan terbakar di mata, bibir, dan tenggorokkan membuat lidah kami kelu. Satu-satunya hal yang bisa kami lakukan adalah berangkulan memeluk massa aksi yang terluka, berharap tindakan kami mengurangi potensi kawan-kawan massa aksi yang terluka untuk menghirup gas air mata," jelasnya.

Karena melihat aksi dari pihak kepolisian yang semakin tidak terkontrol karena memaksa massa untuk mundur membuat mahasiswa melakukan perlawanan, dan di tengah-tengah situasi tersebut tim paramedis ini bersama mahasiswa kesehatan dan berserta massa aksi lainnya bahu-membahu menggotong massa aksi yang terluka ke dalam area sebuah rumah sakit yang mana area parkirnya berada di sebelah Safe Point mereka.

"Dua massa aksi yang disebutkkan tadi menjadi prioritas utama kami, semua korban dalam kondisi pemulihan serta mendapatkan tembakan gas air mata akan membuat kondisi mereka makin menurun. Ketujuh orang tersebut langsung kami larikan ke koridor rumah sakit agar lebih terlindungi. Namun polisi masih saja menembaki dengan gas air mata," tegasnya.

Tak sampai disitu, Haldi menjelaskan ketika tim paramedis ingin mengembalikkan beberapa barang yang dipinjam ke salah satu institusi, mereka mengalami intimidasi secara verbal serta ditakuti-takuti seolah akan dipukul oleh para polisi yang tengah berjaga dengan seragam lengkap tersebut.

"Padahal kami sudah mengibarkan bendera kami yang menandakan kami tim paramedis dan juga tengah membawa tandu," bebernya.

Dari itu seluruh rangkaian kejadian tersebut, tim paramedis alterntif ini mengeluarkan pernyataan sikap mereka untuk aparat kepolisian yang bertugas pada aksi unjuk rasa kemarin siang di DPRD Riau.

"Pertama kami mengutuk tindakan represif aparat kepolisian kepada massa aksi, kedua mengecam tindakan kepolisian yang menyerang ke dekat area Safe Point tim paramedis yang menjadi titik perawatan massa aksi yang terluka, ketiga mengecam penyerangan pihak kepolisian kepada massa aksi yang tengah berlindung di area rumah sakit," pungkasnya.


Tulis Komentar