Nasional

Varian Delta Covid-19 Ancam Keselamatan Manusia

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Juru Bicara Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan menyatakan keberadaan virus Covid-19 varian delta di Tanah Air mengancam keselamatan manusia.

Menurutnya saat ini Indonesia tengah dihadapkan pada kemunculan varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang dinilai tingkat penularan varian delta ini jauh lebih besar dan sangat mudah menularkan virus lebih cepat dan masif dari virus corona awalnya, hingga mampu memperburuk gejala yang mengakibatkan kematian.

"Kondisi Indonesia sekarang dalam keadaan tidak baik-baik saja, kita dalam kondisi mengkhawatirkan. Sejak Mei kasus harian Covid-19 kita terus naik, kemudian Juni 8 ribu, 9 ribu dan kemarin sudah menggila 20 ribu. Kita tidak tahu apa besok, hari ini, akan naik lagi dan kita khawatirkan jangan sampai kita jadi seperti India kedua," katanya saat konferensi pers virtual pada Jumat (18/6/2021).

Menurutnya jangan sampai sistem kesehatan Indonesia kolaps. Apabila terjadi dan tidak lakukan action apa-apa, maka nanti sistem lain juga ikut runtuh. Ekonomi, pendidikan, anak-anak tidak bisa sekolah sampai sekarang. Hal itu karena kesehatannya tidak dibenahi.

Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini pun membandingkan antara varian lama dari Wuhan, Tiongkok dengan India. Dikatakan varian delta dari India ini berbahaya karena menyasar semua umur termasuk anak muda tanpa disertai komorbid (penyakit bawaan).

"Jadi, saya kira sekarang jangan beranggapan bahwa hanya orangtua, orang komorbid yang berpotensi untuk tertular. Siapapun ada potensi dan risiko tertular dan semua umur berpotensi tertular," ungkapnya.

Maka penting untuk menjaga risiko pencegahan. Ditegaskan baik varian baru, varian lama, dan banyaknya varian sebenarnya tidak bermasalah asalkan virus tersebut tidak masuk ke dalam tubuh manusia.

"Karena baik varian baru atau varian lama kalau di luar tubuh lama-lama dia tidak akan aktif atau mati istilahnya. Virus ini akan berkembang biak kalau masuk ke sel tubuh kita. Cegahlah jangan sampai virus ini masuk ke dalam tubuh," saran Erlina yang juga dokter spesialis paru.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan agar semua pihak lebih waspada terhadap varian baru Covid-19 yang lebih mudah menyebar, dan bisa lebih memperberat gejala, termasuk kemungkinan menghilangkan efek vaksin. Lakukan pencegahan seketat-ketatnya.

Erlina juga mengatakan situasi saat ini sudah mengerikan karena rumah sakit banyak yang penuh dan oksigen terbatas. Bahkan lebih jauh Erlina khawatir Indonesia kolaps dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Lihat saja lonjakan kasus saat ini tinggi, rumah sakit penuh dimana-mana. DKI Jakarta sampai 4 ribu kasus. Kemampuan tranmisi dari virus delta ini sangat tinggi bisa mencapai 60 persen lebih," jelas dia.

Ia menyebut strategi 3T (testing, tracing dan treatment) merupakan upaya yang harus dilaksanakan secara masif dan agresif dalam kondisi apapun. Masyarakat disarankan selalu dan tetap memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, tidak bepergian jika tidak mendesak, menjaga kesehatan, dan menjalankan protokol kesehatan lainnya.

Maka dari itu apa yang disarankan pemerintah dan para dokter sebetulnya sangat layak untuk dilakukan. Tetapi pada sebagian masyarakat menganggap hal ini (3T dan 3M atau 5M) suatu penderitaan karena banyak kali pembatasan-pembatasan.

Erlina juga menambahkan bahwa zaksin AstraZeneca punya efektivitas yang baik, bahkan untuk varian delta. Berdasarkan studi terbaru ternyata cukup efektif pada proteksi varian delta dengan persentase di atas 90 persen.

"Kita bersama-sama sebagai suatu bangsa, sama-sama menderita, yang sama-sama berusaha sangat sangat keras dan sangat maksimal dalam waktu singkat ini. Menderita dalam waktu singkat tapi untuk kemudian bersama-sama juga dapat terbebas dari pandemi ini dan bisa menjalani kehidupan yang normal untuk waktu jangka panjang," ungkap Erlina.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Agus Dwi Susanto menyatakan banyak laporan rumah sakit sudah melebihi kapasitas perawatan, khususnya di Jawa.

"Ditambah antrian pasien di instalasi gawat darurat (IGD). Tentunya kita tidak ingin mengikuti jejak India seperti terjadinya bergelimpangan pasien di luar rumah sakit," urai dia.

Menurutnya situasi saat ini bisa lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya karena adanya varian baru yang lebih menular.

”Saya sudah ke Kudus, di sana memang ada varian baru, ditemukan varian delta cukup banyak, yaitu 70 persen dari sampel yang diperiksa. Tentu ini perlu evaluasi menyeluruh. Akan tetapi, saya melihat yang terjadi saat ini kombinasi karena longgarnya kegiatan di masyarakat dan protokol kesehatan, euforia vaksin, dengan penyebaran varian baru ini,” ungkapnya.

Sementara Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (Perki), Isman Firdaus mengakui tren penambahan pasien Covid-19 saat ini amat cepat. Saat ini dalam 2-3 hari terakhir luar biasa penambahannya.

"Empat hari lalu masih 14 tempat tidur terisi, sekarang jadi 40 lebih. Ini menunjukkan kemungkinan besar virusnya lebih menular. Contoh lain, kita sudah pakai masker, tetapi masih berdampak. Ini harus dikhawatirkan,” katanya.

 


Tulis Komentar