Nasional

Wakil Ketua MPR RI Cerita Propaganda Gerakan Kampanye LGBT

Foto: Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.

GILANGNEWS.COM - Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah bercerita ngerinya gerakan kampanye lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) karena bertujuan melegalkan pernikahan sejenis. Kampanye itu bagian dari perang nir-militer paham liberalisme yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

"LGBT, yang kalau dalam perspektif Pancasila, kita tentu harus menghormati kalau ada teman-teman kita yang badannya laki-laki tapi jiwanya perempuan. Tapi yang perlu kita kritisi adalah ketika mereka mengorganisir diri menjadi suatu kelompok, bahkan mencari pengikut untuk seperti mereka dan menuntut perkawinan sejenis. Maka kita harus filter dengan Pancasila, sila Ketuhanan yang Maha Esa," kata Basarah.

Hal itu disampaikan dia dalam kuliah umum online dengan tema 'Implementasi Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara di Generasi Muda: Kiprah Generasi Muda Menghidupi Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara'. Kuliah umum ini diadakan Pusat Studi Pancasila dan Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan disiarkan lewat chanel YouTube Unnes, Rabu (1/9/2021).

"Saya sudah berdiskusi dengan semua tokoh agama. Tidak ada satupun agama yang menganjurkan pernikahan sejenis," cetus Basarah menjawab pertanyaan mahasiswa FH Unnes, Yasmin Putri.

Gerakan ini, katanya, menjadi gerakan perang nirmiliter, yang tidak berperang via senjata, tetapi propaganda ideologi.

Dia memaparkan saat ini sudah 23 negara yang mengakui perkawinan sejenis atau LGBT yaitu Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Portugal, Islandia, Argentina, Denmark, Brasil, Inggris, Prancis, Selancia Baru, Uruguay, Skotlandia, Luxemburg, Finlandia, Slovenia, Irlandia, Meksiko dan Amerika Serikat.

"23 Negara sudah melegalkan ekspresi mereka menikah sesama jenis, dilegalkan di perundangan mereka. Mereka mengekspor ke Asia, contoh Taiwan, negara pertama yang melegalkan pernikahan. Thailand parlemennya sedang membahas. Singapura juga," tutur Basarah.

Kampanye dan gerakan politik LGBT itu akhirnya menjadi gerakan ideologi yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Mereka menyusup lewat sosial media (sosmed) dengan berdalih kebebasan berpendapat dan berekspresi.

"Di Indonesia? Kalau kita tidak membentengi diri, bisa saja propaganda menuju perkawinan sejenis bisa terjadi. Melalui aplikasi-aplikasi lewat medos dan sebagainya. Mereka mencari jodoh sesama jenis dengan sosmed. FB mendukung LGBT. UNDP kucurkan Rp 108 miliar untuk kampanye LGBT," ucap politikus PDIP itu.

Basarah melanjutnya medsos juga ditumpangi alat propaganda ideologi terorisme. Banyak generasi baru yang termakan propaganda tersebut dan menjadi teroris.

Basarah mencontohkan mahasiswi Zakiah Aini yang ditembak lantaran menyerang Mabes Polri pada Maret 2021 dengan alasan membela Islam.

"Televisi masih ada kontrol. Ada KPI, ada Dewan Pers, ada Komisi I DPR. Tapi yang namanya media sosial itu, sampai saat ini kontrol kita terhadap media sosial masih belum bisa kita lakukan secara efektif," pungkas Basarah.


Tulis Komentar