Nasional

Siswa SMP Bunuh Diri karena Sistem Zonasi, Ini Kata Mendikbud

Mendikbud Muhadjir Effendy

GILANGNEWS.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan alasan pelajar SMP di Blitar bunuh diri tak hanya karena sistem zonasi sekolah. Muhadjir mengaku telah menelepon Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar untuk mengecek kejadian itu.

"Saya sudah menghubungi Kepala Dinas Kota Blitar. Sudah saya mintai keterangan yang cukup tentang kasus itu. Tentu saja berdasarkan keterangan Kepala Dinas, kasusnya tidak tunggal seperti itu. Jadi ada beberapa masalah yang menyertai sehingga kejadian itu terjadi," kata Muhadjir di Gedung A, kantor Kemendikbud, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018).Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan alasan pelajar SMP di Blitar bunuh diri tak hanya karena sistem zonasi sekolah. Muhadjir mengaku telah menelepon Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar untuk mengecek kejadian itu.

Meski begitu, Muhadjir tak menampik ketakutan tak diterima di SMAN 1 Blitar, menjadi salah satu faktor pemicu EP mengakhiri hidupnya. Terkait hal itu, Muhadjir menyebut EP kurang mendapatkan informasi mengenai sistem zonasi.

"Memang salah satunya faktor dia tidak akan bisa masuk di sekolah yang menjadi cita-cita yang bersangkutan. Tapi itu sebenarnya juga kurangnya informasi yang diperolah yang bersangkutan, baik dari pihak sekolah maupun pihak keluarga," terang Muhadjir.

"Sebetulnya mengingat yang bersangkutan walapun siswa dari luar zona, tetapi dia SMP-nya di SMP wilayah zona itu. Dalam peraturan menteri yang dikeluarkan Dirjen Dikdasmen, itukan zonasi itu masih diberi celah. Dari luar zonasi masih bisa masuk sekitar 10 persen. Sebetulnya kalau dia tahu berita, info yang lengkap, saya kira tidak akan sampai terjadi seperti itu," sambungnya.

Muhadjir enggak menerangkan rinci masalah apa saja yang membuat EP nekat bunuh diri. Namun, dia menyoroti jika EP selama ini hidup terpisah dari keluarganya, dan tinggal di indekos.

"Ada beberapa masalah yang menyertai. Anak ini tidak tinggal dengan orang tuanya. Dia kost. Dia selama sekolah, kost. Bayangkan anak SMP sudah pisah dengan orang tua. Tapi saya tidak mau masuk ke masalah itunya," jelasnya.

Muhadjir pun kembali menyayangkan keterbatasan pengetahuan EP tentang sistem zonasi. Apalagi berdasarkan info Kepala Dinas Kota Blitar, menuturkan EP adalah siswa berprestasi dan peserta olimpiade.

"Intinya sebeulnya jika yang bersangkutan mendapat informasi yang cukup, dia tidak akan sampai itu. Karena anak ini prestasinya bagus dan ikut olimpiade. Itu cukup jadi dasar kalau yang bersangkutan diterima di sekolah yang ada di zona itu," tutur Muhadjir.

Berkaca dari kasus ini, Muhadjir berharap pihak sekolah dan orang tua benar-benar memberikan bimbingan dengan baik kepada anak-anak. Muhadjir menegaskan jangan sampai anak mengambil keputusan sendiri atas masa depannya.

"Untuk siswa SMP dan SD, saya mohon bimbingan dari sekolah dan dari orang tua harus betul-betul berjalan dengan baik. Jangan biarkan anak mengambil keputusan sendiri tanpa bimbingan, arahan dari sekolah dan orang tua," ucap dia.

"Termasuk penjelasan tentang sistem zonasi, kebijakan baru bahwa nanti ke depan tidak ada skolah favorit dan bukan favorit. Ke depan semua harus jadi sekolah favorit. Dalam waktu tidak lama ini akan dilakukan pemerataan, semua sekolah menjadi favorit," pungkasnya.


Tulis Komentar