INTERNASIONAL

Otoritas Filipina Tunggu Tes DNA Pastikan Pasutri Bomber Gereja

Sebuah gereja di selatan Filipina dibom dua kali saat ada kebaktian di Minggu pagi. 20 orang tewas akibat kejadian ini.

GILANGNEWS.COM - Otoritas Filipina mengundang pegiat HAM lokal dan internasional untuk membantu investigasi peristiwa bom gereja. Pegiat HAM diundang agar penyelidikan berjalan secara transparan.

"Saya meminta kelompok-kelompok HAM untuk datang ke sini melakukan sebuah pencarian fakta yang independen. Saya khawatir pengeboman itu dapat ditutup-tutupi," demikian pernyataan Wali Kota Jolo, Kherkar Tan, lewat keterangan yang disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Selasa (5/2/2019).

Tan menyampaikan hal itu dalam sebuah wawancara dengan media Inquirer pada Minggu (3/2).


Penduduk beserta keluarga korban yang meninggal dan terluka dalam ledakan ganda tersebut menolak untuk percaya pernyataan pejabat-pejabat pemerintah.

Sebelumnya, otoritas Filipina ada yang menyatakan pelaku bom bunuh diri merupakan pasangan asal Indonesia.

Kemudian pada Senin (4/2), Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Chief Oscar D Albayalde memberi keterangan pers bahwa Kammah L Pae menyerahkan diri bersama empat orang lainnya.


Kammah L Pae merupakan pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama dan berperan sebagai donatur dalam peristiwa bom di Our Lady of Mt Carmel Cathedral yang terjadi pada Minggu (27/1) lalu.

Empat orang yang menyerahkan diri yakni Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, dan Salit Alih alias Papong.

Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok 22 personel Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri karena operasi pengejaran besar-besaran yang dilakukan kepolisian dan militer Filipina.

Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi pada Kamis (24/1) tiba di Jolo menggunakan perahu.

Chief Oscar D Albayalde menyatakan masih menunggu hasil pemeriksaan DNA kedua tubuh yang ditemukan di sekitar areal Katedral Jolo. Sampai saat ini hasil pemeriksaan belum ada.

"Dengan demikian hingga saat ini belum dapat dipastikan adanya keterlibatan WNI dalam peristiwa pengeboman di Jolo, Filipina," demikian tegas Kemlu RI.


Sebelumnya, tuduhan WNI terlibat pengeboman gereja disampaikan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano. Eduardo Ano menyebut pasutri tersebut dibimbing kelompok Abu Sayyaf. Dia menyebutkan pasangan itu ingin memberi contoh dan mempengaruhi teroris Filipina untuk melakukan bom bunuh diri.


Tulis Komentar